Ramai Ceramah Provokatif, Ketua LD PBNU Sampaikan 6 Ciri Khas Dakwah NU

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta –  Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) menegaskan kepada Ulama Nahdliyin agar menggunakan cara dakwah yang tetap menjaga etika sosial. Hal ini bermula pada keprihatinan beliau terhadap berbagai aksi kekerasan dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama, terutama di media sosial. Pernyataan ini beliau lontarkan dalam sambutannya di acara istighosah LD-PBNU Rabu (25/11) yang dilakukan secara virtual.

“Akhir akhir ini kita menyaksikan bahwa agama Islam senantiasa dilekatkan dengan aksi aksi kekerasan, marah marah, ujaran ujaran kebencian, provokasi, dan sungguh memiriskan kita bahwa memang sekelompok umat Islam ini selalu saja gemar mengangkat simbol simbol agama untuk tujuan atau kepentingan mereka tersebut,” tutur Abi begitu ia disapa, mengenai keprihatinan terhadap kondisi agama saat ini.

Padahal, Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan para sahabat untuk menjaga moral dan etika walaupun dalam keadaan memasuki medan perang. “Kalau kita berbicara akhlak, berbicara etika, maka tidak terlepas dari pola fikir dasar diturunkannya Agama Islam ke muka bumi, yakni sebagai rahmatan lil ‘alamin wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin Tidak aku utus kamu Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam,” tuturnya.

Oleh karena itu, Ulama Nahdliyin harus memperhatikan etika dan cara berdakwah agar berbeda dengan kelompok yang melakukan aksi kekerasan tersebut diatas. Etika dakwah harus dijaga di ranah manapun, termasuk dakwah melalui media sosial.

Pertama yang merupakan pembeda dakwah Ulama Nahdlatul Ulama adalah dengan meluruskan niat bahwa dakwah ditujukan semata untuk meninggikan kalimat Allah dan untuk menyebarkan risalah Nabawiyah Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah.

Ciri khas kedua adalah isi konten dakwah harus membawa misi utama agama Islam yaitu Rahmatan lil alamin. Selanjutnya adalah meneguhkan Islam berkarakter Nusantara. Abi menegaskan bahwa Karakter Nusantara inilah yang kemudian menjadi ciri utama Nahdliyin.

“Kemudian, yang lainnya adalah bahwa konten dakwah itu harus dapat dipertanggungjawabkan, secara ilmiah tentunya, jelas dalilnya, valid datanya dan sehat alur nalarnya,” imbuh beliau. Dakwah tidak hanya berisi kemarahan atau provokasi yang tidak jelas arahnya. Selain itu, artikulasi dakwah harus disampaikan dengan pilihan bahasa sederhana sehingga mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.

“Kita ini sebagai pendiri dan pemegang saham terbesar di dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia, bahwa dakwah Nahdliyin ini harus menjadi instrumen utama dalam merawat persatuan bangsa serta mendorong kemajuan dan kemakmuran warga negara Indonesia,” terang beliau.

Kiai Agus Salim menegaskan bahwa jangan sampai dalam berdakwah mudah mengumbar fatwa yang belum pasti dasarnya karena akan menunjukkan pada kurangnya ilmu. Selain itu, beliau juga mengajak Ulama untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat agar yakin bahwa pandemi yang terjadi saat ini adalah semata ujian dari Allah SWT yang akan berakhir. (fqh)

Sumber : dakwahnu.id

- Advertisement -

Berita Terkini