Jet Eurofighter Typhoon yang Dilirik Prabowo, Terlilit Dugaan Korupsi di Austria

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tertarik untuk memborong 15 jet Eurofighter Typhoon bekas Austria. Di Austria, pembelian Eurofighter Typhoon itu diwarnai kasus korupsi yang bikin rugi.

Dilansir AFP, DW, BBC, dan Reuters, diakses detikcom pada Senin (27/7/2020), Austria terlibat dalam sengketa hukum dengan konsorsium Eurofighter.

Konsorsium Eurofighter sendiri terdiri dari perusahaan Airbus yang berbasis di Prancis, BAE Systems Inggris, dan Leonardo Italia. Masalah intinya, Austria merasa ditipu oleh harga jet yang belakangan diketahui ternyata kemahalan.

Awal ceritanya, keputusan untuk membeli Eurofighter Typhoon dicapai pada tahun 2000. Saat itu, Austria dipimpin oleh koalisi Partai Rakyat berhaluan konservatif sayap kanan jauh (far-right).

Pada 2003, Austria membeli 15 jet Eurofighter Typhoon itu dengan harga 2 miliar Euro, atau sekitar Rp 19 triliun bila menggunakan kurs pertengahan 2003 silam. Isu-isu tidak sedap mulai tercium setelahnya, dikabarkan sejumlah politikus mendapat kickback (keuntungan tidak sah/suap) dari pembelian pesawat tempur itu.

Sempat ada penyelidikan tahun 2007, namun tak ada hasil pasti. Lima tahun kemudian, 2012, Austria dan Jerman melakukan penyelidikan korupsi. Jaksa di Munchen Jerman kemudian memprosesnya.

Menteri Pertahanan Austria Hans Peter Doskozil (2016-2017) mengatakan pembelian itu merugikan Austria 1,1 miliar Euro. Padahal, Austria membeli 15 Eurofighter Typhoon Tranche 1 itu dengan harga 2 miliar Euro. Austria kemudian menuntut Airbus dan konsorsium Eurofighter sebesar 1,1 miliar Euro.

“Austria tidak akan memutuskan untuk membayar Eurofighter itu pada 2003 bila tidak ada kecurangan dan penipuan,” kata Hans Peter Doskozil selaku Menteri Pertahanan saat itu, dilansir BBC lewat berita 16 Februari 2017.

Hans Peter Doskozil adalah politikus dari Partai Sosial Demokrat, partai yang berseberangan haluan dengan Partai Rakyat yang dulu berkuasa di kementerian itu dan membeli Eurofighter. Airbus menilai tuntutan dari Austria itu beraroma politik.

“Kami melihat pengumuman hari ini sebagai manuver politik. Kami tentu saja melanjutkan kebijakan kami untuk secara aktif mendukung otoritas Austria menginvestigasi dugaan konkret,” kata pihak Airbus dalam pernyataannya saat itu.

Pihak Kemenhan Austria mengatakan Airbus dan konsorsium Eurofighter didakwa membebankan hampir 10% dari harga pembelian dalam kesepakatan offset deal.

Offset deal adalah kesepakatan agar perusahaan pemasok alat utama sistem pertahanan (alutsista) memilih kontraktor lokal untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan terkait alutsista itu. Offset deal adalah syarat lumrah yang biasa dimintai oleh pemerintahan untuk mendukung pengembangan kemampuan teknologi di negaranya (transfer teknologi).

Seharusnya, kesepakatan untuk offset deal (transfer teknologi) itu dilaporkan juga secara terpisah. Namun laporan itu tidak disampaikan.

Kemenhan Austria saat itu mengatakan Airbus dan konsorsium Eurofighter menipu Austria soal harga jet Eurofighter Typhoon, pengiriman, dan suku cadang. Pihak konsorsium Eurofighter membantah tuduhan ini. Menurut Doskozil, Eurofighter Typhoon, “Sangat mahal dalam operasionalnya.”

Kini, Menteri Pertahanan Austria dijabat oleh Klaudia Tanner, sosok dari Partai Rakyat alias partai yang dulu berkuasa saat awal pembelian Eurofighter tahun 2000. Klaudia Tanner mendapat tekanan dari oposisi, Partai Sosial Demokrat. Soalnya, Klaudia Tanner berencana menjadikan armada jet tempur Austria terdiri dari Eurofighter semuanya.

“Dengan keputusan mengenai sistem Eurofighter sebagai armada tunggal, Tanner membuat dirinya sangat tergantung dengan perusahaan Eurofighter dan NATO (Pakta Pertahanan Atlatik Utara),” kata juru bicara pertahanan untuk Sosial Demokrat, Robert Laimer, dilansir Reuters.

Tanner berencana akan mempensiunkan jet-jet tempur Saab yang berusia nyaris 50 tahun dan akan bergantung pada Eurofighter saja, mulai Januari 2021 mendatang. Namun demikian, Tanner masih menunggu proses hukum terkait kasus pembelian Eurofighter di masa lalu.

“Republik Austria akan melanjutkan upaya hukum untuk mencapai tujuan dari penarikan kontrak Eurofighter dan mendapatkan kompensasi dari Eurofighter,” kata Tanner. Proses pengadilan untuk kasus itu di Wina Austria tengah dipending mulai April kemarin.

Di Indonesia, isu mengenai keinginan Menhan RI Prabowo Subianto memborong 15 Eurofighter Typhoon bekas Austria itu diketahui lewat berita-berita media berbahasa Inggris dan Jerman, juga lewat surat yang turut diberitakan. Surat itu berbahasa Inggris tertulis berkop Garuda Pancasila dan bertuliskan Kementerian Pertahanan RI, ditujukan untuk Menhan Austria Klaudia Tanner. Dalam surat itu, Prabowo paham bahwa isu Eurofighter adalah isu sensitif di pemerintahan Austria.

“Saya sangat paham berkenaan dengan topik Eurofighter dan dampaknya hingga sekarang di Austria, dan saya sangat sadar perihal sensitivitas tersebut. Namun demikian, saya yakin bahwa proposal saya menawarkan perubahan yang menjanjikan untuk kedua belah pihak,” demikian bunyi tulisan dalam surat yang dikabarkan berasal dari Prabowo itu, tertanggal 10 Juli 2020.

Kemhan menjelaskan rencana pembelian jet tempur bekas itu sudah dikaji. Pembelian jet tempur adalah untuk memperkuat pertahanan Indonesia.

“Yang bekas itu kan semua sudah ada kajiannya. Yang berhak mengkaji alutsista AD adalah TNI AD, yang berhak membuat kajian tentang pesawat udara adalah TNI AU. Jadi semua ada kajiannya,” kata Kepala Biro Humas Kemhan Brigjen Djoko Purwanto saat konferensi pers di Gedung Kemhan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (23/7) kemarin.

Sumber : detik.com

- Advertisement -

Berita Terkini