MUDANEWS.COM, Jakarta – Penulis novel ‘Gadis Pembangkang’, Mualimin Melawan mengkritik lambatnya realisasi jembatan yang menghubungkan Kecamatan Rengel di Tuban dan Kecamatan Kanor di Bojonegoro. Pria asli kelahiran Tuban yang kini jadi wartawan di Jakarta ini menilai, proyek yang melintasi Sungai Bengawan Solo tersebut sangat penting bagi masyarakat kedua kabupaten, khususnya dalam hal akses ekonomi dan keselamatan transportasi. Oleh karenanya, jembatan tersebut harus segera diwujudkan.
‘’Jembatan senilai Rp.47 M bagi Tuban dan Bojonegoro, saya kira itu proyek yang tak terlalu mahal. Di Tuban banyak industri besar. Semen, minyak, pariwisata. APBD-nya saja hampir Rp.3 T. Sudah cukup warga Tuban dan Bojonegoro jadi korban perahu tenggelam. Telah puluhan kali orang-orang meninggal gegara perahu terbalik. Nyawa masyarakat lebih utama ketimbang biaya yang dikeluarkan untuk bangun penghubung. Saya minta Bupati Tuban untuk mengajak koleganya dari Bojonegoro membereskan proyek itu,’’ kata Mualimin di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Pendekar perguruan silat ‘PSHT’ ini menilai, pembangunan Tuban di Bagian Utara berjalan masif, tapi sembari melupakan bagian selatan. Kebijakan pilih kasih tersebut seharusnya tidak dilakukan seorang Kepala Daerah. Di Jenu (Tuban Utara), tahun lalu diresmikan proyek Kilang Minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR) senilai Rp.225 Triliun bersama Rosneft Rusia. Tapi di Tuban Selatan, adakah proyek besar dibangun?.
‘’Tiap musim hujan warga Rengel sisi sungai kebanjiran. Jalanan berlubang. Sawah terendam. Anak-anak diserang penyakit gatal. Selama puluhan tahun, hampir tidak ada industri yang dikembangkan di bagian selatan. Plumpang, Rengel, Grabagan, Soko, Parengan, ketinggalan jauh ketimbang Jenu atau Palang. Fathul Huda harus bikin program yang lebih kreatif. Jangan melulu grebeg tempat mesum. Mana kebijakan yang dapat membangkitkan industri di Tuban Selatan?,’’ tanya Pengurus BPL PB HMI ini.
Selama dua periode masa bakti Fathul Huda, pria yang jadi Wartawan Tajuk.co ini menganalisa, Bupati Tuban belum mampu melakukan gebrakan baru dalam memberantas kemiskinan. Mualimin menilai, Bupati lebih banyak pencitraan di bidang moral yang kurang berdampak pada kesejahteraan warga.
‘’Tuban ini kan masuk 5 besar daerah termiskin di Jawa Timur. Bidang transportasi publik tidak berkembang, angka putus sekolah masih tinggi, perguruan tinggi juga stagnan. Malah, anak-anak pintar Tuban banyak yang kuliah di Surabaya, Malang dan Jakarta. Itu karena di Tuban tidak ada perguruan tinggi bergengsi. Lha 9 tahun menjabat ini apa yang dipentingkan? Cuma memerintahkan Satpol PP gerebek orang mesum? Mumpung bahan baku semen belum habis, harusnya Bupati bangun universitas terbaik di Bumi Ronggolawe. Wariskan pada generasi mendatang sesuatu yang berguna bagi peradaban,’’ tukas mantan Ketua Umum BPL HMI Cabang Jakarta Selatan ini.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Jakarta ini menyarankan, bila Bupati masih terus meminggirkan Tuban Bagian Selatan (Plumpang, Rengel, Grabagan, Soko, Parengan), alangkah lebih baik bila wilayah Selatan dimekarkan. Lebih baik ada kabupaten sendiri di sisi selatan, agar pembangunan lebih merata dan pelayanan negara dapat efektif serta efisien.
‘’Pemekaran Kabupaten Tuban Selatan, kenapa tidak? Kalau memang sisi selatan tak diperhatikan, kenapa ikut Tuban Utara? Penduduk, potensi ekonomi, dan luas wilayahnya mumpuni kok. Orang Soko atau Rengel juga sering mengeluh kejauhan kalau mengurus administrasi di Tuban Kota. Kalau sakit, berobatnya malah ke Kota Bojonegoro,’’ pungkas alumnus MAN RENGEL ini. Berita Tuban, red