New Normal is Abnormal

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Beberapa hari ini media-media mainstream meliput pemberitaan tentang Presiden Jokowi yang melakukan peninjauan untuk New Normal dibeberapa tempat, seperti di MRT MH. Thamrin di Jakarta serta Mall Summarecon di Bekasi Jawa Barat.

Jokowi terlihat sangat antusias dalam meninjau beberapa pusat keramaian itu dan juga menjadi pusat perekonomian. Mungkin Jokowi akan terus melakukan peninjauan berkaitan dengan persiapan New Normal ini. Dalam beberapa pidatonya setelah meninjau beberapa tempat, Jokowi memberikan pemahaman serta motivasi bahwa disamping pemerintah terus menangani Covid-19, pemerintah juga harus memikirkan perekonomian rakyat, maka rakyat harus bersiap-siap dengan New Normal. New Normal akan dimulai pada tanggal 1 Juni 2020.

New Normal sendiri bisa kita artikan sebagai kehidupan baru setelah pandemi covid-19, istilahnya sendiri masih sangat ambigu dan abstrak, karena masih timbul pertanyaan demi pertanyaan yang menggerogoti sebagai spekulasi awal. Seperti pertanyaan, kenapa harus new Normal? Apakah kita sudah Normal dalam melawan Covid-19? Bukankah kasus Covid-19 masih terbilang tinggi di Negeri ini? Apakah rakyat benar-benar membutuhkan New Normal? Atau jangan-jangan ini hanya akan menyelematkan para kapitalis yang saat ini sangat merugi akibat Covid-19?

Pertanyaan demi pertanyaan masih muncul, dan entah akan terjawab atau tidak. Pertanyaan ini membuat pernyataan filosofis baru, apakah New Normal is Abnormal for people? Pertumbuhan kasus Covid-19 di Indonesia tidak menunjukkan statistik yang menggembirakan, bahkan terbilang masih memprihatinkan. Belum lagi masih banyak keluhan-keluhan petugas medis yang masih kesulitan APD serta fasilitas penunjang lainnya untuk menyelesaikan Covid-19 ini. Sementara pasien semakin bertambah, membuat mereka belum bisa “tenang” dalam menangani ini.

Tapi pemerintah terlihat tenang, dan sangat antusias dalam menyambut New Normal, berbanding terbalik dengan kondisi paramedis dan masyarakat yang masih was-was terhadap virus ini.

Tidak ada yang salah dengan konsep New Normal, yang menjadi masalah adalah, apakah sudah dibutuhkan? Bukankah ini membuka peluang menambah korban baru dan membuat Panjangnya kerja Gugus Tugas serta paramedis?

Tindakan terburu-buru ini muncul disebabkan penjualan Ritel anjlok hingga 4,5% dan akan terus anjlok hingga 11,8%, ini menurut Bank Indonesia. Tentu ini benar-benar menjadi pertanyaan. Apakah sikap terburu-buru ini ternyata hanya memang menyelamatkan “kantong” negara yang sedang kosong? Lagi-lagi perekonomian, kapan nyawa rakyat jadi prioritas.

Kebijakan New Normal, lebih tepatnya New Nor Mall sangatlah Abnormal, karena di tengah-tengah statistik Covid-19 yang landai, tapi tiba-tiba Presiden yang terhormat memulai membuka dan melegalkan keramaian. Kenapa tidak ada yang berani bersuara masalah ini? Kenapa hanya rakyat yang selalu dipersalahkan? Kebijakan ini lebih menguntungkan kaum pemodal di Mall-Mall besar, sama saja ini proyek kapitalis baru yang tetap saja membunuh rakyat.

New Normal akan menjadi “pertanyaan” baru bagi masyarakat yang masih berharap ada nya “hati” pemerintah untuk serius menangani covid-19 ini, walau kenyataan itu pahit. Masyarakat yang tentu saja belum menyerah, walau sudah mengatakan pemerintah “terserah” tetap optimistis dengan usaha-usaha mereka yang tetap dirumah, meski pemerintah tak peduli. Spekulasi mendasar saya mengatakan bahwa Is nor new Normal, but it is Abnormal. Salam.

By : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana jurusan Pemikiran Politik Islam UIN-SU dan Pegiat Literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini