Rencana PT VDNI Datangkan 500 TKA China, Ini Pejelasan Luhut

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Rencana kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ke Sulawesi Tenggara (Sultra) memantik polemik. Masyarakat dan pemerintah daerah setempat ramai-ramai menolak kedatangan 500 TKA China tersebut. Apalagi saat ini pandemi COVID-19 di Indonesia belum mereda, dikhawatirkan kedatangan 500 TKA China ke Sultra akan membawa virus corona.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) akhirnya memutuskan untuk menunda kedatangan 500 TKA China ke Sultra. Hanya menunda, bukan membatalkan. Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, para TKA asal China ini akan masuk mulai Juni mendatang.

“Nanti baru Juni atau Juli baru kejadian (masuk ke Indonesia), tapi sekarang mereka sudah minta izin. Kan perizinan itu enggak cukup sehari,” kata Luhut dalam bincang di RRI secara online, Minggu (10/5).

500 TKA China itu akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), sebuah perusahaan pemurnian nikel. Berikut rangkuman dari kumparan mengenai perusahaan tersebut:

Profil VDNI

Dikutip dari website resminya, PT VDNI berdiri pada Agustus 2014. Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta, tepatnya di Indonesia Stock Exchange Building Tower 1, Lantai 28, Unit 2802, Scbd Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta – 12190. Selain itu juga memiliki kantor cabang di Kendari, Sulawesi Tenggara. VDNI adalah anak usaha dari De Long Nickel Co.LTD di Jiangsu, China.

VDNI memiliki smelter nikel di Kecamatan Morosi, Sultra, yang diklaim sebagai smelter dengan teknologi termutakhir dan ramah lingkungan dari RKEF, yaitu electric furnance. Ekspor perdana Ferronickel (hasil pemurnian dari bijih nikel) ke China telah dilakukan VDNI pada 28 Agustus 2017.

Untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja lokal Indonesia, VDNI program pendidikan dan pelatihan dengan mengirimkan 80 putra daerah Sultra untuk belajar ke universitas terkenal di China.

Program pendidikan tersebut berlangsung selama 1 tahun dengan jurusan pendidikan yang ditempuh adalah peleburan logam di Universitas Yunnan Kunming Metalurgical sebanyak 46 orang dan jurusan pembangkit listrik di Yancheng Institute of Technology sebanyak 34 orang. Program ini juga merupakan bagian dari program alih teknologi dari tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia.

Pemberangkatan gelombang I akan dilakukan pada 20 Mei 2018 untuk jurusan studi peleburan logam, sementara gelombang II untuk jurusan pembangkit listrik diberangkatkan pada bulan September 2018.

Pada 5 Februari 2020, VDNI mendapat penghargaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kendari sebagai Pembayar Pajak Terpilih sektor Industri Pengolahan. Penghargaan itu diterima langsung oleh perwakilan PT VDNI Wahyu Pratama Haeba di Hotel Claro Kendari.

500 TKA China untuk Kebut Proyek Smelter

Dikutip dari Kendarinesia yang merupakan media partner kumparan, External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto menjelaskan, tujuan perusahaan mendatangkan 500 TKA asal China karena membutuhkan tenaga kerja teknis yang akan bekerja memasang alat produksi pada smelter.

Selain itu, tujuan lain perusahaan mendatangkan TKA tersebut untuk mempertahankan operasional tenaga kerja lokal di perusahaan yang telah di rekrut.

“Jadi, 500 TKA itu sebagian besar adalah karyawan dari pihak kontraktor yang mempunyai skill untuk memasang alat produksi nikel di perusahaan kami,” kata Indra, Sabtu (9/5).

Human Resources Department Manager PT VDNI Ahmad Saekuzen menjelaskan, pihaknya sangat bergantung pada 500 TKA itu untuk percepatan pembangunan smelter. Dia juga menyebut bahwa ada keterbatasan pekerja yang ahli dalam bidang tersebut.

“Untuk teknisi di smelter memang karena ada keterbatasan ‘man power’, kami membutuhkan orang-orang yang berpengalaman dalam hal itu, sehingga muncul lah rencana mendatangkan 500 TKA dari China. Sebenarnya (kedatangan 500 TKA China) adalah kaitannya dengan mempercepat pembangunan daripada smelter kami,” kata Ahmad.

Kedatangan TKA China Diklaim Tambah Lowongan Kerja untuk Penduduk Lokal

Jika dipandang hanya dari satu sisi, lanjut Ahmad, kedatangan 500 TKA itu memang seperti menambah jumlah TKA China bagi PT VDNI. Tapi, pada dasarnya, hal tersebut justru akan menambah lagi rekrutmen tenaga kerja lokal.

Sebab, setelah smelter itu rampung, pihak perusahaan, lanjut Ahmad, memastikan akan merekrut tenaga kerja lokal dalam jumlah besar. Setelah seluruh konstruksi mesin pemurnian nikel selesai dibangun, para TKA itu nantinya akan di pulang ke negara asalnya, China. Keberadaan TKA itu di perusahaan paling lama 6 bulan.

“Karena kalau smelter itu jadi, kami pasti akan merekrut tenaga kerja lokal untuk mengoperasikan smelter itu. Sedangkan untuk TKA China itu, kan, dibatasi masa kerjanya, tidak selamanya mereka akan bekerja di sini,” katanya.

Dia kembali memastikan bahwa jika proyek pembangunan Smelter tersebut telah selesai, pihaknya akan merekrut sebanyak banyaknya tenaga kerja lokal.

Meski mengaku membutuhkan para TKA itu, VDNI tetap mengikuti kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu menunda kedatangan 500 TKA.

Luhut Angkat Bicara

Rencana kedatangan TKA China ini didukung Menko Luhut. Ia mengatakan, kehadiran 500 pekerja China itu dibutuhkan karena Indonesia belum siap mengerjakan proyek ini sendirian.

VDNI akan mengolah nikel menjadi lithium untuk bahan baku baterai mobil listrik. Teknologi yang diterapkan dalam pabrik milik VDNI berasal China, Indonesia belum menguasainya.

“Memang industri ini harus memerlukan orang-orang yang paham membangunnya. Enggak serta-merta kita siap. Kita enggak siap, kita harus jujur akui itu. Jadi, kalau nanti Juni atau Juli sudah siap, kita harus kerjakan. Nanti tenaga asing kerjakan, biar lah dia kerjakan,” kata Luhut.

Meski begitu, Luhut mengaku tak ingin TKA China memegang kendali atas proyek ini. Karena itu, nantinya para pekerja Indonesia akan dilatih di sana.

Luhut menjanjikan 92 persen yang akan bekerja di proyek besar ini adalah orang Indonesia. Politeknik yang sekarang dibangun di Sulawesi Tenggara pun disiapkan agar lulusannya bisa terserap.

“Secara bersamaan tenaga kerja Indonesia masuk, di-training, karena kan ada politeknik. Ya memang teknologinya dari dia (China), ya kita enggak bisa kita yang kerjakan semua. Tetap ada dia (China),” terangnya.

Sumber : kumparan.com

- Advertisement -

Berita Terkini