Rombongan Kemendikbud Sebarkan Pesan Tentang Nilai Toleransi dan Kebhinekaan di Sumut

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Laporan: Wahyu Panjaitan

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Kehadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy yang didampingi oleh Buya Syafii Maarif atau yang biasa dipanggil Romo ini di Yayasan Perguruan Iskandar Muda pada Sabtu, (7/1) disambut langsung oleh Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi.

Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi dalam sambutannya, “Keberagaman etnis masyarakat Sumatera Utara merupakan anugerah dari Tuhan yang menjadikan Indonesia ini adalah negara yang special disbanding dari Negara-negara lainnya.”

“Dengan dukungan dan bantuan dari pemuka agama dan tokoh masyarakat pemerintah Sumatera Utara merasa sangat terbantu ketika ada masalah yang bersinggungan dengan isu-isu SARA,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini, hadir juga Sekretaris Jenderal Kemdikbud Didik Suhardi, Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad, Walikota Medan dan juga sejumlah tokoh agama.

Mendikbud menjelaskan, untuk menyemaikan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap kebinekaan harus dengan berpijak pada pendidikan inklusif. Inilah ciri khas dari yayasan pendidikan penerima MAARIF Award 2014 ini. Sekolah ini mencerminkan miniataur Indonesia karna keragaman latar belakang siswanya sangat kental. Pihak sekolah mendirikan rumah ibadah masing-masing agama dibangun berdampingan dikomplek sekolah.

“Toleransi dan kerukunan merupakan dua hal yang tak terpisahkan dari budaya gotong royong” Jelas Muhadjir Effendy didepan ratusan siswa.

Muhadjir juga menceritakan soal batu Hajar Aswad di Ka’bah saat itu sebagai bahan refleksi.

“ Ratusan tahun lalu saat batu Hajar Aswad di Ka’bah terseret hanyut oleh banjir besar, kepala suku sempat berselisih mengenai siapa yang paling berhak mengembalikan ketempat asalnya. Akhirnya, mereka bermusyawarah dan bersepakat bahwa seorang pemuda bernama Muhammad yang akan ditunjuk. Namun Muhammad yang kelak diangkat sebagai nabi meminta para perwakilan para suku untuk memegang ujung surbannya yang dipakai memindahkan Hajar Aswad tersebut. Jelas pesannya, gotong royong tumbuh karena ada kerukunan dan toleransi”, kata Muhadjir.

Di samping itu, Buya Safii didaulat untuk meresmikan Pura yang baru dibuka di Sumatera Utara. Pura itu diapit bangunan Vihara dan masjid yang didampingi dengan Gereja. Peresmian ini disaksikan langsung oleh Mendikbud Muhadjir Effendi.

“Sekolah yang toleran itu tunas peradaban. Intoleransi symbol kebiadan. Toleransi inti keberadaban. Ini perlu ditegaskan disaat kita sekarang dirundung intoleransi dan kebencian, tidak hanya di Indonesia tapi juga fenomena global. Dunia pendidikan harus melek soal ancaman ini”, demikian Buya Safii usai meresmikan Pura.[am]

- Advertisement -

Berita Terkini