Peumpamaan Sifat Manusia dalam Al-Qur’an: Belajar dari Karakter Lebah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANews.com – Di dalam alquran, setidaknya ada tiga ekor binatang kecil yang Allah abadikan menjadi nama salah satu surah diantara 114 surat di dalam alquran, yaitu : Al- Namal (semut), Al- Ankabut (laba- laba), dan terakhir An-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini sudah lah tentu mulia sehingga Allah menjadikan nama-nama surah dalam alquran yang wajib kita imani sebagai umat muslim yang mengaku beriman kepada alquran. Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat yang berbeda, sebagaimana yang digambarkan oleh alquran. Dan hal tersebut patut dijadikan pelajaran bagi manusia.

Semut umpamanya, memliki sifat yang suka menimbun makan sedikit demi sedikir tanpa henti-hentinya. Konon dalam sebuah penelitian binatang kecil yang bernama semut ini dapat menghimpun makanan untuk bekal bertahun-tahun, sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badanya sendiri, meskipun sesuatu itu tidak berguna baginya.

Binatang berikutnya yang Allah sebutkan dalam alquran adalah laba-laba, sebagaimana yang digambarkan alquran bahwa sarang laba- laba adalah tempat yang paling rapuh. Sebagaimana yang dijelaska dalam surat al-angkabut (29): 41, dijelaskan.

“Perumpamaan orang- orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah itu ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui”. (QS. al-ankabut (29): 41)

Ayat diatas memberikan gambaran bahwa didalam kehidupan bermasyarakat atau rumah tangga yang keadaanya seperti laba-laba, rapuh, anggotanya saling tindih menindih, sikut menyikut, seperti anak laba- laba yang baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak ada harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga, ini lah contoh gambaran kehidupan yang di gambrkan oleh laba-laba.

Lain halnya dengan lebah binatang yang allah gambarkan dalam alquran ialah binatang yang memiliki insting sangat tinggi, surat An-naml [16]: 28-29.

“Dan tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “buatlah sarang- sarang dibukit- bukit, di pohon- pohon kayu, dan di tempat- tempat yang di bikin manusia”. Kemudian maknlah dari tiap- tiap (macam) buah- buahan dan tempuhlah jalan tuhanmu yang telah memudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam- macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda kebesaran tuhan bagi orang- orang yang memikirkan”. (QS. An-naml (16): 28-29).

Lebah, membuat sarangnya dengan bentuk persegi enam, bukanya lima, atau persegi empat agar tidak memakan tempat dan terjadilah pemborosan dalam lokasi sarangnya tersebut. Yang dimakan oleh lebah hanyalah saripati dari kembamg- kembang. Lebah mengolah maknanaya dan hasil dari olahanya itulah menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat segala penyakit. Lebah juga contoh binatang yang sangat disiplin, mengenal dengan betul pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna di singkirkan dari saranganya. Ia tidak mengganggu yang lainya kecuali ada orang yang mengusik ketenanganya, bahkan dalam sebuah penelitian, kalau pun lebah menyengat, sengatanya dapat menjadikan obat bagi penyakit tertentu.

Oleh sebab itu, wajarlah nabi Muhammad Saw, mengibaratkan oseorang mukmin yang baik itu seperti lebah, sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya: “Perumpamaan seorang muimin yang baik adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berapa pada suatu tempat dia tidak merusak”.

Dalam kehidupan sehari- hari kita didunia ini contoh- contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis binatang. Bahkan, jika manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan dalam kehidupan yang di atur dalam bentuk petunjuk-petunjuk agama, bisa jadi manusia itu sendiri menempati posisi lebih hina dari bnatang, bahkan lebih sesat lagi.

Jika kita perhatikan karakter hewan-hewan yang digambarkan alquran diatas tadi, jelas ada manusia yang berbudaya layaknya seekor semut yang suka menghimpun dan menumpuk materi dan hartanya tanpa disesuaikan dengan kebutuhanya. Menumpuk- numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam bentuk Zakat misalnya, dan sodaqoh misalnya, tidak sedikit problem masyarakat yang berbudaya layaknya seekor semut itu, dan dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kita banyak manusia- manusia yang berwatak semut yang masih berkeliaran.

Berikutnya karakternya dicontohkan oleh laba-laba yang ada disekitar kita. Yaitu meraka yang tidak lagi butuh berpikir apa, dimana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagaimana cara mengambil hak orang lain menjadi milikinya.

Demikian juga halnya di dalam masyarakat kita, berapa banyak manusia- manusia yang berkarakter lebah, tidak lebih banyak dari karakter yang di contohkan oleh semut maupun laba- laba. Manusia yang berkarakter lebah mereka yang tidak suka  makan atau mengambil yang bukan haknya, kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan sesuatu yang menyakiti perasaan orang, tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila berada pada suatu tempat atau daerah tidak menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadiranya sangat diharapkan oleh orang banyak dan menjadi maanfaat bagi kemaslahatan umat. Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam sebuah hadisnya: “ sebaik-baik manusia adalah, manusia yang bermanfaat bagi manuisa lainya”.

Wa Ma Tawfiqi Illa Billah,,

Oleh: Muhammad Roni

Penulis adalah Dosen Fakultas Saintek UIN-SU

- Advertisement -

Berita Terkini