Mudanews.com, MEDAN – Kelompok Tani Naposo Pature Huta dari Desa Pandumaan-Sipituhuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, menjalin kerja sama dengan Aliansi Akumulasi Kemarahan Buruh dan Rakyat Sumatera Utara (AKBAR Sumut) untuk membangun jaringan distribusi hasil pertanian langsung dari desa ke buruh di kota.
Kerja sama ini disebut sebagai langkah membangun ekonomi alternatif berbasis solidaritas rakyat, sekaligus upaya melawan rantai distribusi pasar yang dinilai sering merugikan petani dan buruh.
Koordinator AKBAR Sumut, Didi Haryanto, menegaskan bahwa kolaborasi tersebut bukan sekadar transaksi jual beli, melainkan bentuk perlawanan ekonomi terhadap sistem pasar yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.
“Daya beli masyarakat, terutama buruh di kota, saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dari hubungan ini, kami berharap bisa memotong rantai distribusi yang sering mempermainkan harga di pasar,” ujar Didi kepada Mudanews.com, Jumat (24/10/2025).
Sebagai langkah awal, kelompok tani Naposo Pature Huta telah memasok 90 kilogram cabai rawit ke AKBAR Sumut untuk dijual langsung kepada para buruh di Kota Medan.
“Untuk awal cabai rawit, ke depan bisa komoditas lain,” tambah Didi.
Anggota Naposo Pature Huta, Tulus Sinambela, menyebut hasil panen kali ini cukup menggembirakan.
“Total ada 200 kilogram panen kali ini. Ini sudah panen keenam, dan diprediksi masih naik sampai panen ke-8,” ujarnya.
Kelompok tani tersebut menerapkan sistem manajemen panen modern, mulai dari pencatatan absensi pemanen hingga pengelolaan biaya operasional. Langkah ini dilakukan untuk menjaga disiplin kerja dan memperkuat solidaritas antarpetani.
Naposo Pature Huta dikenal luas sebagai kelompok masyarakat adat yang pernah berkonflik dengan perusahaan eukaliptus PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Mereka berjuang bertahun-tahun mempertahankan wilayah adat Pandumaan-Sipituhuta dari ekspansi perusahaan.
Pada 2019, pemerintah akhirnya menetapkan wilayah tersebut sebagai hutan adat milik masyarakat setempat. Lima tahun berselang, kelompok yang dulu dikenal lewat perjuangan mempertahankan tanah kini bertransformasi menjadi pelopor kemandirian ekonomi rakyat di pedesaan. Kerja sama antara Naposo Pature Huta dan AKBAR Sumut tidak hanya menyangkut jual beli hasil tani.
Keduanya berupaya membangun rantai pasok baru antara desa dan kota tanpa perantara besar, yang diharapkan dapat menjadi model ekonomi solidaritas rakyat di tengah tekanan ekonomi dan ketimpangan harga pangan.
“Kami ingin petani di desa dan buruh di kota saling menopang. Dari tanah, untuk rakyat,” tutup Didi Haryanto.
(Red/Mudanews.com)

