Memaknai Kata Anjing dalam Pidato Prabowo di PBB

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Rosadi Jamani  Ketua Satupena Kalbar

Mudanews.com OPINI – Masih ramai soal kehebatan pidato Prabowo di Sidang Umum PBB. Satu hal yang bikin ramai lagi, ia mengucapkan kata “anjing” Sontak bagian ini ramai di-capture orang. Mari simak narasinya sambil seruput kopi tanpa gula, wak! Kebetulan Pontianak lagi hujan sekarang.

Sidang Umum PBB tahun ini resmi pecah telor. Bukan karena resolusi Palestina disahkan, bukan karena Amerika tiba-tiba sadar diri, tapi karena satu kata sakti yang meledak di mikrofon, anjing.

Presiden Prabowo Subianto, dengan gaya khas jenderal senior yang entah habis minum jamu pahit atau kopi tubruk, mendadak bikin dunia terdiam lalu tercengang:

“Negara saya memahami penderitaan ini. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah dominasi kolonial, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih buruk dari pada anjing di tanah air kami sendiri. Kami orang Indonesia tahu apa artinya ditolak keadilan, tahu bagaimana hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan ditolak kesempatan yang sama. Kami juga tahu apa yang dapat dilakukan solidaritas. Dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan, dalam perjuangan kami untuk mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberikan bantuan penting.”

Boom! Tepuk tangan. Para diplomat kaget, sebagian mangap, sebagian nyari Google Translate: worse than dog? serius nih?

Bayangkan betapa paniknya para penerjemah simultan. Di ruang kaca mereka langsung debat eksistensial, “Bro, translate anjing jadi dog atau hound? Atau lebih puitis, creature of loyalty but despised?” Tapi keburu terlambat, dunia sudah keburu heboh.

Itulah momen ketika filsafat anjing resmi naik level jadi filsafat internasional. Selama ini kita kenal pepatah “anjing menggonggong kafilah berlalu”. Tapi Prabowo memodifikasi jadi, “anjing menggonggong, kolonialis tertegun, dunia pun tepuk tangan.”

Mari kita analisis sedikit dengan gaya warung kopi. Kenapa anjing? Kenapa bukan kambing, ayam, atau bebek? Jawabannya sederhana, kalau kambing, orang bule mikirnya barbecue. Kalau ayam, mereka kira ini kampanye KFC. Kalau bebek, takutnya dikira promosi Duck Dynasty. Tapi anjing? Nah, itu universal. Semua orang ngerti. Dari pedalaman Papua sampai pedalaman Texas, kata dog punya power.

Prabowo tahu betul, diplomasi global itu butuh shock therapy. Dari pada pidato sampai 54 menit yang bikin ngantuk, lebih baik satu kata bikin geger. Ternyata berhasil. Media sosial meledak. Ada yang bangga, “Presiden kita tegas, bro!” Ada yang ngakak, “Baru kali ini anjing naik panggung PBB!” Bahkan aktivis pecinta hewan pun ikutan, “Terima kasih Pak Prabowo, akhirnya martabat kami diakui.”

Kalau dipikir-pikir, ini satire tingkat dewa. Dulu bangsa kita disiksa kolonialis sampai lebih hina dari anjing. Sekarang? Presidennya berdiri di panggung dunia, pakai jas rapi, dengan santai bilang “anjing” di depan sekian kepala negara. Dari makhluk yang jadi bahan ejekan, anjing resmi berubah jadi simbol perlawanan.

Kita harus akui, ini bukan sekadar pidato. Ini stand-up comedy internasional yang terselubung. Bedanya, penontonnya para presiden dan perdana menteri, bukan jomblo di kafe malam minggu. Kalau ada juri, pasti langsung golden buzzer.

Jangan lupa, di balik kata itu ada pesan serius, solidaritas global. Prabowo bukan sekadar nostalgia kolonial, tapi mengaitkannya dengan Palestina. Artinya, gonggongan ini bukan asal ribut, tapi panggilan moral, jangan ulangi sejarah, jangan perlakukan manusia lebih hina dari anjing.

Mari kita beri penghormatan. Karena hanya satu orang yang bisa bikin dunia terdiam, ketawa, mikir, sekaligus tepuk tangan pakai satu kata. Namanya bukan Shakespeare, bukan Socrates, bukan stand-up komedian Netflix. Namanya, Prabowo Subianto.

Hari itu, anjing resmi masuk sejarah PBB. Tepuk tangan meriah, bukan cuma untuk pidatonya, tapi juga untuk gonggongan retorika yang mengguncang dunia.***

 

 

Berita Terkini