Geliat Literasi Jalanan Malaysia Di Dataran Merdeka 

Breaking News

- Advertisement -

 

 

Mudanews.com Kuala lumpur  | Perihal budaya membaca dan berdiskusi di Malaysia sebenarnya hampir sama dengan di Indonesia meskipun dari segi melek aksara terbilang tinggi namun membudayakan ilmu ditengah masyarakat terutama lewat budaya membaca, berdiskusi, atau menulis masih menjadi tantangan yang perlu direspon oleh berbagai kalangan khususnya anak muda yang bergerak dalam aktivisme literasi dalam praktik pendirian perpustakaan jalanan yang konsepnya membuka lapak buku di ruang publik untuk kemudian mengadakan diskusi setelahnya.

Inisiatif perpustakaan jalanan (perpusjal) jika di Indonesia atau buku jalanan jika di Malaysia sebenarnya sudah berlangsung beberapa tahun di banyak tempat dari Kelantan ( Negara bagian di ujung timur semenanjung) sampailah Sabah ( di borneo Malaysia) berdasarkan pengamatan penulis secara langsung maupun melalui sosial media, ada kelompok-kelompok yang mengagas pendirian buku jalanan yang diselingi dengan pembuatan zine dan penjualan buku.

Meskipun ada banyak kelompok yang sudah hiatus atau bahkan bubar, namun tidak menutup pergerakan literasi alternatif ini di beberapa kawasan lainnya seperti halnya di Kuala Lumpur , ada sekumpulan gerakan yang menamai dirinya Liga Mahasiswa Malaysia, Federasi MY, dan mandiri yang mengadakan buku jalanan di dataran merdeka setiap akhir pekan di malam minggu.

Bagi warga Indonesia, baik yang menetap di Malaysia atau sekadar berwisata di Malaysia, dataran merdeka tentu bukanlah tempat yang asing karena merupakan spot utama untuk dikunjungi ketika berada di Kuala Lumpur disamping Bukit bintang dan KLCC.

Inisiatif dari ketiga gerakan ini, meski terbilang baru namun berhasil menarik minat para pelajar maupun masyarakat yang kebetulan berada di dataran merdeka, namun kegiatan mereka yang sebenarnya positif pada mulanya menemui tantangan saat aparat mendatangi mereka saat kegiatan pertama pada awal bulan mei.

Kala itu pihak kepolisian menanyai perihal izin terhadap salah seorang koordinator bernama Hamdin, cekcok sempat terjadi sebelum akhirnya koordinator yang merupakan alumni universitas Malaysia sabah bersama teman-temannya itu diberikan waktu sampai pukul 11 oleh salah satu perwakilan aparat, meskipun menimbulkan kontroversi terkait pembatasan itu setelahnya namun acara perdana mereka tetap berlangsung lancar dibawah cuaca dingin sehabis hujan yang melanda Kuala Lumpur pada sore harinya.

Pada acara lapakan Kedua (17/05), yang digagas oleh tiga kumpulan tadi terbilang cukup sukses menarik lebih banyak orang untuk datang sekadar membaca maupun ikut berdiskusi masalah-masalah nasional terkini.

Di tengah budaya baca apalagi diskusi kritis yang masih rendah, eksistensi buku jalanan didataran merdeka bisa menjadi oase tumbuh suburnya budaya ilmu dikalangan masyarakat, apalagi idealnya ruang publik selain sebagai tempat dimana rakyat menikmati waktu luangnya, juga dapat menjadi medium pencerdasan.

Berita Terkini