Mudanews.com – Mancanegara | Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua setengah tahun terus menunjukkan betapa brutalnya konflik ini, dengan korban jiwa yang terus meningkat setiap hari. Pertempuran yang berkecamuk di berbagai wilayah, termasuk serangan balasan Ukraina di Kursk dan serangan Rusia di Kharkiv, telah memperparah jumlah korban di kedua belah pihak. September 2024 tercatat sebagai bulan paling mematikan bagi Rusia, memperlihatkan bagaimana upaya Moskow untuk mempertahankan cengkeramannya di front timur justru memakan banyak korban dari pasukan mereka.
Menurut laporan intelijen militer Inggris, bulan September 2024 menjadi periode paling mematikan bagi Rusia dalam perang Ukraina, dengan rata-rata 1.271 tentara Rusia tewas atau terluka parah setiap harinya. Angka ini melampaui statistik dari Mei 2024, di mana rata-rata korban mencapai 1.262 tentara per hari.
Tingginya angka korban di pihak Rusia dihubungkan dengan strategi serangan “meat wave,” yang melibatkan pengiriman gelombang besar tentara, meskipun kurang terlatih, untuk menyerang posisi pertahanan Ukraina. Selain itu, serangan balasan Ukraina di Kursk dan serangan berkelanjutan Rusia di Kharkiv juga memperparah korban.
Ini menandai bulan kelima berturut-turut di mana korban harian Rusia melebihi 1.000 tentara. Meski Rusia dilaporkan mengalami kemajuan signifikan di front timur, kemajuan ini datang dengan harga yang sangat mahal. Hingga September 2024, total korban tewas dari kedua belah pihak telah mencapai satu juta jiwa setelah lebih dari dua setengah tahun perang.
Para analis menilai bahwa kerugian besar di pihak Rusia terjadi karena mereka terpaksa mengirim tentara yang kurang terlatih untuk mendukung serangan di Ukraina timur dan operasi balasan di Kursk. John Foreman, mantan atase pertahanan Inggris di Moskow, menyatakan bahwa Rusia kemungkinan akan terus menyerang meski menghadapi kerugian besar, tanpa adanya jeda selama musim dingin.
Di sisi lain, Ukraina juga mengalami kerugian besar dalam operasinya di Kursk. Laporan rahasia memperkirakan bahwa sejak awal 2024, Ukraina telah kehilangan sekitar 80.000 tentara, sementara 400.000 lainnya terluka.
Kedua negara kini menghadapi kesulitan dalam merekrut cukup banyak tentara untuk memenuhi kebutuhan di garis depan. Rusia bahkan telah mulai mengampuni para narapidana kekerasan, termasuk kanibal dan pembunuh, serta merekrut narapidana perempuan dari penjara sipil untuk memperkuat pasukannya.**()
(Sumber: Knewz.com)