Mudanews.com – Mancanegara | Pasokan bantuan makanan ke Gaza menurun drastis dalam beberapa minggu terakhir akibat aturan baru bea cukai yang diterapkan oleh otoritas Israel. Aturan ini mempengaruhi bantuan kemanusiaan yang dikirim melalui jalur Yordania, salah satu jalur utama dalam pengiriman bantuan ke Gaza, serta pengurangan pengiriman komersial.
Dilansir dari Reuters Rabu(2/10), aturan tersebut mulai diberlakukan sejak pertengahan Agustus lalu. Aturan ini mengharuskan organisasi kemanusiaan yang mengirim bantuan untuk melengkapi formulir dengan rincian paspor dan menanggung tanggung jawab hukum atas informasi yang salah. Beberapa lembaga bantuan menolak ketentuan ini karena khawatir dapat memicu masalah hukum jika bantuan jatuh ke tangan Hamas atau kelompok lain yang dianggap musuh oleh Israel.
Akibat penolakan ini, pengiriman bantuan melalui jalur Yordania telah terhenti selama dua minggu terakhir. Meskipun jalur pengiriman melalui Siprus dan Mesir masih berjalan, bantuan yang melalui Yordania, yang sebelumnya menjadi jalur penting, kini tidak dapat digunakan.
Selain itu, Israel juga memperketat pengiriman barang komersial ke Gaza, dengan alasan bahwa Hamas mengambil keuntungan dari perdagangan ini. Data dari Cogat, unit militer Israel yang mengawasi bantuan ke Gaza, menunjukkan bahwa jumlah truk yang memasuki Gaza turun menjadi rata-rata 130 per hari pada bulan September, jauh di bawah jumlah yang diperlukan untuk menghindari ancaman kelaparan.
Nour al-Amassi, seorang dokter yang bekerja di Gaza selatan, mengungkapkan keprihatinannya mengenai krisis pangan yang semakin parah. “Kami mengira masalah pangan sudah mulai tertangani, tetapi kondisi malah semakin memburuk. Setiap hari, klinik saya merawat puluhan anak, dan banyak di antaranya mengalami malnutrisi,” ungkapnya
Dengan semakin terbatasnya pasokan, ketahanan pangan di Gaza yang dihuni oleh 2,3 juta orang kembali menjadi perhatian utama, terutama di tengah konflik yang masih berlangsung.**()
Warga Palestina saat akan menerima ransum makanan dari dapur amal, di tengah konflik Israel-Hamas, di Jalur Gaza utara, 11 September 2024. Foto REUTERS