Lavrov Peringatkan Kesiapan Nuklir Rusia di Tengah Ketegangan Global

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM-MANCANEGARA | Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada hari Jumat (15/9), menyatakan bahwa senjata nuklir Rusia berada dalam kondisi “siaga penuh” di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO terkait perang yang masih berlangsung di Ukraina.

Di lansir dari laporan Sky News Arabia, Newsweek, dan TASS Sabtu(21/9). Lavrov, yang merupakan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, menegaskan  meskipun tidak ada pihak yang menginginkan perang nuklir, Rusia siap menggunakan kekuatan nuklirnya jika diperlukan.

Pernyataan Lavrov ini datang di saat para pemimpin NATO semakin mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya konflik langsung dengan Moskow, mengingat Rusia memiliki jumlah hulu ledak nuklir terbesar di dunia, berdasarkan data dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICANW).

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Putin dan para pejabat tinggi Rusia lainnya telah berulang kali mengancam eskalasi nuklir terhadap Kyiv dan para sekutunya di Barat.

Dalam wawancaranya dengan Sky News Arabia, Lavrov menegaskan, “Kita berbicara tentang garis merah dan berharap bahwa penilaian serta pernyataan kita didengar oleh orang-orang yang membuat keputusan dengan cerdas. Tidak serius jika seseorang mengatakan bahwa jika besok tidak ada tindakan sesuai permintaan kita, kita akan menekan tombol merah.” Ia menambahkan bahwa senjata nuklir Rusia memiliki implikasi serius bagi “pengendali rezim Ukraina.”

Pernyataan Lavrov ini menyusul peringatan serupa dari Dmitry Medvedev, mantan Perdana Menteri Rusia dan sekutu Putin, yang pekan lalu juga memperingatkan kemungkinan respons nuklir Rusia.

Melalui postingan di Telegram, Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa keputusan untuk menggunakan senjata nuklir sangat kompleks dan berdampak tak terpulihkan. Namun, ia menekankan bahwa kesabaran Rusia ada batasnya.

Medvedev juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai keangkuhan negara-negara Barat, khususnya Anglo-Saxon, yang menurutnya telah menguji batas kesabaran Rusia terlalu lama. “Pada akhirnya, para analis Barat yang moderat mungkin benar ketika mereka memperingatkan bahwa meskipun kemungkinan Rusia menggunakan respons ini kecil, itu masih mungkin terjadi.”

Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutu Barat terus mendukung Ukraina dengan bantuan militer, termasuk misil jarak jauh ATACMS (Army Tactical Missile System) dari AS. Ukraina telah meminta AS dan Inggris untuk mencabut larangan penggunaan misil ini terhadap wilayah Rusia, karena khawatir penggunaan senjata tersebut dapat memperluas konflik.

Kyiv menyatakan bahwa mereka membutuhkan senjata jarak jauh untuk menyerang pangkalan udara Rusia yang digunakan untuk meluncurkan bom meluncur terhadap Ukraina dari dalam wilayah Rusia.

Meski demikian, hingga kini misil Storm Shadow, dengan jangkauan sekitar 150 mil, hanya digunakan untuk menargetkan pasukan Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki, dan belum digunakan untuk menyerang langsung ke wilayah Rusia.**()

Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia.
Foto : Adam Gray/GETTY IMAGES.

Berita Terkini