Gaza Rusak Parah Usai Gencatan Senjata dengan Israel

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Usai 11 hari mendekam di dalam rumah, berlindung dari serangan militer tanpa henti Israel, warga Gaza akhirnya bisa menghirup udara segar.

Gencatan senjata antara Palestina dan Israel, yang dimediasi oleh Mesir, memungkinkan mereka untuk keluar rumah dan melihat seperti apa kondisi Gaza usai perang. Menurut mereka, Gaza seperti habis diterjang tsunami.

Tidak banyak yang tersisa. Bangunan belasan lantai telah berubah menjadi tumpukan reruntuhan. Rumah-rumah yang sejatinya tempat berlindung tak lagi bisa ditinggali. Bangunan vital seperti rumah sakit terpaksa beroperasi dengan kondisi seadanya. Salah satu warga Gaza, Abu Ali, menyebutnya sebagai hasil tindakan tak beradab.

“Apa yang terjadi tidak bisa dikatakan beradab, tapi kejahatan perang. Kami berhadapan dengan hukum rimba,” ujar Abu Ali usai melihat reruntuhan yang awalnya adalah bangunan setinggi 14 lantai, Sabtu (22/05/2021).

Menurut perhitungan pemerintah di Gaza, kurang lebih ada 16.800 bangunan yang rusak akibat serangan Israel. Sebanyak 1.800 di antaranya tak lagi bisa ditinggali dan 1000 bangunan dalam kondisi hancur total.

Selain bangunan, infrastruktur penunjang seperi listrik dan jaringan air bersih pun rusak parah. Jika kerusakan tersebut dihitung bersama bangunan-bangunan yang hancur, pemerintah Gaza memperkirakan nilai kerugian yang mereka hadapi mencapai ratusan juta Dollar AS.

“Ketika kami kembali ke rumah, apa yang kami temukan hanyalah kehancuran. Tidak ada tempat untuk duduk, tidak ada air bersih, tidak ada listrik, tidak ada tempat tidur, tidak ada apapun,” ujar warga Gaza, Samira Abdallah Naseer, yang kehilangan rumah akibat agresi Israel.

Dengan kerusakan parah yang ditinggalkan, PR warga dan pemerintah Gaza selanjutnya adalah membangun kembali “peradaban” di sana. Hal tersebut sudah bukan hal baru bagi mereka. Sejak Gaza diambil alih Hamas pada 2007, sudah empat kali kawasan tersebut menjadi lokasi pertempuran besar. Pertanyaan besarnya, siapa yang akan menanggung?

Israel jelas tidak mau. Mereka mengklaim segala serangan yang mereka lakukan legal, termasuk yang menghancurkan permukiman sekalipun. Sementara itu, Pemerintah Palestina belum menuntaskan bantuan pembangunan atas dampak peperangan di tahun 2014. Alhasil, warga di Gaza hanya bisa pesimis.

“Sekarang kami kembali lagi ke dilema pembangunan Gaza. Siapa yang akan melakukannya? Hamas atau Otoritas Palestina (PA)? Siapa yang akan membayar?”

“Beberapa dari kami belum mendapat kompensasi atas kerugian yang diderita pada peperangan di tahun 2014,” ujar pebisnis di Gaza, Emad Jawdat, menyinggu pertempuran 50 hari di tahun 2014.

Dikutip dari Reuters, Palestina sudah menerima sejumlah bantuan untuk pembangunan kembali usai agresi Israel. Mesir, misalnya, dikabarkan menganggarkan bantuan senilai US$500 juta untuk pembangunan kembali. Sementara itu, Presiden Amerika, Joe Biden, dikabarkan tengah berbicara dengan PBB untuk menyusun bantuan.

Sumber : TEMPO.CO

- Advertisement -

Berita Terkini