Before The War

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Peperangan antara negara Israel dengan Palestina sejak setengah abad yang lalu belum juga selesai. Segala pendekatan Perdamaian untuk menekan konflik dan peperangan telah diupayakan oleh kedua negara dan dunia akan tetapi konflik dan peperangan masih terus terjadi sampai saat ini.

Apabila jantung dalam tubuh manusia adalah inti dari manusia bisa hidup sehat, begitu pula dengan dibentuknya Israel dan keberadaan Palestina sebagai sebuah negara. Israel dan palestina diibaratkan sebuah jantung dalam tubuh umat manusia, jika baik maka seluruh tubuh yang dirasakan akan terasa baik dan sehat, namun ketika tidak baik maka seluruh tubuh manusia akan terasa mudah sakit. Palestina-Israel bukan sekedar nama dan negara melainkan sebuah denyutan jantung yang melemahkan dan menguatkan perdamaian dunia.

Sampai suatu ketika kita membaca bagaimana sebuah negara Israel bisa terbentuk?, Sebelum melihat profil negaranya, sudah tergambar dalam pikiran kita sebuah perampasan, pemaksaan, aneksasi, intimidasi, egoisme, hegemoni yang didirikan atas pladeo suci yaitu tanah yang dijanjikan. Menurutnya, peperangan yang terus terjadi merupakan perang antar agama yang berbeda bukan perang karena politik, ekonomi, dan keamanan.

Materi materi kajian formal itulah yang terus digemborkan oleh mereka untuk “menutupi tujuan yang sebenarnya” atas keberadaan negara Israel di negeri bulan sabit.

Gelombang pertama dimulai dengan dibuatnya kesepakatan negara negara barat dengan para zionisme atau disebutd deklarasiBoulfour 1917 yangmenghasilkan dibukanya imigrasi besar besaran bangsa Yahudi ke Palestina. Semula hanya 10 persen jumlah penduduk Yahudi di Palestina menjadi terus bertambah. Sementara Palestina kedudukan sebagai negara masih belum terbebas dari hegemoni kolonialisme.

Kondisi ini memperbesar peluang zionisme merebut wilayah dan tanah air Palestina dengan didorong oleh keyakinan mereka atas tanah yang telah dijanjikan Tuhan. Apa yang telah terjadi ini menjadi rentetan kecerdasan Yahudi untuk menganeksasi Palestina.

Gelombang kedua terbentuknya perjanjian Oslo 1993. Perjanjian Oslo merupakan titik klimaks dari upaya dunia mendamaikan Israel dan Palestina. Namun perdamaian tersebut telah tercederai atas meletusnya konflik antara Hamas dengan Fatah akibat perbedaan pandangan politik di internal Palestina. Fatah memberikan pengakuan atas negara Israel di Palestina untuk hidup berdampingan dengan damai.

Sedangkan Hamas sebaliknya bahkan menganggap Israel musuh mereka. Hamas yang menguasai wilayah Gaza Jerusalem yang perbatasan dengan Israel terus melakukan perlawanan dan peperangan terhadap Israel kendatipun memperoleh banyak kritikan, melanggar perjanjian, dan memunculkan banyak korban jiwa akibat peperangan.

Kedua gelombang ini memberikan kejelasan bahawa perdamaian tidak bisa tercipta manakala konsesnsus perdamaian tidak didasari pada prinsip keterbukaan, komitmen, dan peduli nasib kemanusiaan. Bangsa Yahudi dan elit kolonialisme memiliki misi tersembunyi atas didirikannya negara Israel di wilayah bulan sabit, sedangkan Palestina perdamaian tanpa persatuan adalah suatu keniscayaan, dan kemerdekaan tanpa persatuan juga akan sulit dilakukan.

Sejarah negara Indonesia merdeka dari kolonialisme, didahului dengan persatuan seluruh elemen bangsa tanpa batas suku, agama, dan ras, kemudian Indonesia bisa merdeka. Setelah merdeka mampu memberikan perlawanan formal ketika kolonialisme hendak menjajah kembali Indonesia. Pengalaman Indonesia keluar dari hegemoni kekuasaan substansi ajaran agama telah terencana dengan baik dalam bentuk menolak kezaliman dan ketidakadilan.

Oleh : Ono Rusyono (Dosen FISIP Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)

- Advertisement -

Berita Terkini