Orang Soleh VS Orang Militan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Ada perbedaan nyata di antara orang saleh dan orang militan. Orang saleh adalah orang yang menghayati keagamaan dan spiritualitas mendalam, cinta damai, berpembawaan sejuk dan siap senyum kepada siapa saja.

Sedangkan orang militan adalah orang paranoid yang mudah curiga dan anti yang lain, merasa golongannya paling benar, terus menerus merasa terancam, suka memaksakan kehendak, egois, merawat dendam dan permusuhan. Menyerang lawan. Cenderung sakit jiwa.

Orang saleh siap berjabatan tangan dan berpelukan dengan mereka yang beda golongan, beda agama, beda keyakinan dan beda bangsa – penganut paham lain. Tapi orang militan akan menatap dengan curiga, saling menghunus dan mengokang senjata bila berhadapan dengan militan lainnya.

Begitulah yang terjadi di Palestina. Yahudi militan dan Islam militan selama bertahun tahun saling curiga, saling gasak, saling serang, saling bom dan tak memberikan ruang dialog bagi yang lain. Apalagi dua dua pihak yang bertikai punya ‘backing’ masing masing.

SETELAH bertahun tahun berjuang dengan senjata nyaris tanpa hasil, bahkan wilayahnya terus berkurang, akhirnya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menerima uluran damai dan proposal dua negara satu wilayah. Pimpinan PLO Yasser Arafat menerima perdamaian dengan Israel Oslo 1993 yang ditandatangani di Washington DC, AS.

Namun perdamaian keduanya dikandaskan oleh faksi radikal Palestina dan kelompok militan bersenjata Hamas. Utamanya setelah Yasser Arafat meninggal. Maka perang berkobar lagi di bumi Palestina, sampai sekarang.

Israel adalah negara berdaulat yang diakui mayoritas anggota PBB.
Sejak mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948, Israel telah menerima pengakuan internasional oleh 164 dari 193 lainnya negara anggota PBB.

Negara negara demokratis dunia umumnya mengakui kedaulatan Israel – kecuali Pakistan, Aljazair, Bahrain, Komoro, Djibouti, Irak, Kuwait, Lebanon, Libya, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Yaman, Afghanistan, Bangladesh, Brunei, Indonesia, Iran, Malaysia, Mali, Niger, Bhutan, Kuba, Korea Utara dan Venezuela – notabene negara negara yang oleh internasional dianggap kurang demokratis bahkan tidak demokratis.

Sebagai negara berdaulat – yang diakui mayoritas negara di dunia, Israel merasa berhak membela diri kepada setiap serangan kepadanya. Maka mereka menggunakan sumber daya dan kekuatan militernya untuk menyerang balik setiap kali ada teror dan serangan dari pihak radikal Palestina yakni milisi Hamas.

Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris bukan hanya oleh Amerika Serikat sebagai kubu Israel, melainkan juga disematkan oleh Arab Saudi, Uni Eropa, Kanada dan Jepang dan Australia.

KEKERASAN yang terus meruyak dan menyengsarakan warga sipil di Palestina diprovokasi oleh warga Palestina sendiri – membuat Hamas merespon dengan tembakan roket dan balasan serangan udara.

Kelompok militan Hamas dengan sengaja menampilkan anak anak dan perempuan sebagai tameng hidup dalam aksi serangan serangannya – dari pemukiman warga di wilayah Gaza. Lalu ketika menjadi korban balasan polisi maupun tentara Israel, dijadikan propaganda dan pencitraan ke seantero dunia.

Israel memiliki kelompok militan yakni Partai Likud, partai sayap kanan, yang didukung warga Yahudi sedunia. Untuk setiap serangan terhadap warga Yahudi di Israel, mereka mendapat dukungan dari kaum Yahudi dari berbagai negara yang dikenal sebagai warga kaya raya di muka bumi.

Sedangkan militan Hamas dengan pencitraan derita warganya yang menjadi korban agresi Israel, menarik simpati dan donasi dari muslim internasional. Termasuk umat muslim Indonesia.

Militan Yahudi menghendaki seluruh wilayah yang dikuasai Palestina sebagai milik Israel. Sedangkan Hamas menghendaki seluruh wilayah yang dikuasai Israel dikuasai mereka untuk dijadikan Negara Islam Palestina.

Dari dua dua pihak tak ada tanda yang mau mengalah. Terus saling serang.

Akibatnya kekerasan di Palestina “dilembagakan” oleh kedua militan pihak yang bertikai, para korbannya dijadikan ajang bahan propaganda, pamer simpati dan penarikan donasi dua pendukung mereka. Bahkan kemudian sebagai “lahan bisnis”, bagi pendukung militan Yahudi dan pendukung militan Muslim.

Setiap kali ada konflik dan warga sipil jadi korbannya di Palestina – maupun Israel – maka ke dua pihak spontan mencetuskan dan memunculkan aksi “ayo donasi” *

Oleh : Supriyanto Martosuwito

- Advertisement -

Berita Terkini