Serukan Boikot, Erdogan Ditantang Tutup Pabrik Renault di Turki

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Istanbul – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan boikot barang-barang asal Prancis. Pernyataan itu direspon oposisi, Pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kılıçdaroğlu yang menyatakan mampukah Erdogan menutup pabrik mobil asal Prancis, Renault.

Mengutip Hurriyetdailynews, Kamis (29/10/2020) Kemal Kılıçdaroğlu berbicara pada pertemuan kelompok parlemen partainya pada 27 Oktober, yang mengatakan bahwa warga Turki bahkan tidak bisa membeli produk Prancis karena daya beli mereka yang menurun, alih-alih memboikot merek-merek ini.

“Kamu melakukannya, saudaraku, sosialita istana yang melakukannya. Seolah-olah sopir bus akan pulang pada malam hari dan memberi tahu (istrinya), ‘Saya membelikan Anda parfum Prancis.’ Pria itu bahkan tidak dapat menemukan roti, “katanya seperti dikutip dari Hurriyetdailynews.

Dia meminta Erdoğan untuk menutup pabrik Renault Prancis di Turki, “jika dia bisa.”

“Anda mengucapkan kata-kata ini, tetapi Anda tidak mendukungnya,” ujar Kılıçdaroğlu.

Renault diketahui memiliki fasilitas pabrik di Bursa, Turki dengan kapasitas produksi tahunan hampir 400.000 mobil dan lebih dari 900.000 mesin. Pabrik tersebut mempekerjakan lebih dari 6.000 orang per 31 Desember 2019.

Pada 2019 lalu Fasilitas pabrik Renault di Turki itu sudah memproduksi 152.599 units Renault Clio 4, 29.342 units Clio 4 Estate, 122.451 Renault Clio 5, dan 37.749 units Renault Megane Sedan (Fluence).

Seperti diberitakan sebelumnya, Erdogan menyampaikan seruan boikot produk Prancis melalui pidatonya di televisi.

Jangan pernah memberikan kredit untuk barang berlabel Prancis, jangan membelinya,” kata Erdogan, dikutip dari BBC, Selasa (27/10/2020).

Orang nomor satu di Turki itu juga mendesak pemimpin dunia untuk melindungi muslim jika di Prancis melakukan penindasan terhadap mereka.

Kekecewaan Turki dipicu setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk melawan Islam radikal. Erdogan mengkritik keras apa yang dilakukan oleh Macron.

Pernyataan Macron dilayangkan setelah seorang guru asal Prancis, Samuel Paty diketahui dipenggal setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad. Paty dipenggal pada 16 Oktober lalu. Penggambaran Nabi Muhammad sangat menyinggung umat Islam karena ajaran Islam melarang gambar Muhammad dan Allah.

Kejadian ini membuat Macron akan bertindak tegas untuk menangani Islam radikal. Namun, dua pekan sebelum peristiwa itu, Macron menyebut islam sebagai agama dalam krisis dan mengumumkan akan mengatasi separatisme islam di Prancis. berita Mancanegara (dtc)

 

- Advertisement -

Berita Terkini