Dihantam Corona, Utang Inggris Capai 39 Ribu Triliun Rupiah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, London – Pemerintah Inggris mencatat utang negara kini telah mencapai lebih dari dua triliun poundsterling atau setara Rp39 Kuardriliun (konversi rupiah setara Rp19.536).

Ini terjadi setelah negara tersebut menggelontorkan dana besar-besaran untuk menangani pandemi Covid-19, situasi yang menyebabkan anjloknya perekonomian dunia.

“Krisis ini telah membuat keuangan pemerintah berada di bawah tekanan yang signifikan, sebagaimana perekonomian terpukul. Kami harus mengambil tindakan untuk menopang jutaan pekerjaan, bisnis, dan mata pencaharian,” kata Menteri Keuangan Rishi Sunak seperti dikutip AFP, Jumat (21/8).

Melansir AFP, Badan Statistik Nasional (Office for National Statistic/ONS) menghitung bahwa pada akhir Juli, total akumulasi utang telah mencapai 2 triliun poundsterling, atau setara lebih dari 100 persen produk domestik bruto (PDB) tahunan negara itu.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah uang itu meningkat sekitar 227,6 miliar pounsterling. Menurut Rishi, tanpa dukungan pemerintah saat ini, keadaan ekonomi Inggris akan jauh lebih buruk.

ONS pun merinci pinjaman bersih antara April hingga akhir Juli diperkirakan mencapai 150,5 miliar pounsterling, sedangkan, angka defisit bulan lalu telah mencapai 26,7 miliar pounsterling.

Meski demikian, penjualan ritel di Inggris telah melonjak 3,6 persen jika dibandingkan dari bulan Juni lalu. Hal itu lantaran Inggris telah membuka kembali sejumlah toko-toko, restoran, serta tempat hiburan di wilayah tersebut.

“Penjualan ritel sekarang telah menguat kembali setelah hilang selama puncak pembatasan akibat virus Corona. Banyak toko yang dibuka untuk perdangangan dan penjualan online tetap pada tingkat tertingginya sepanjang sejarah,” kata Ahli Statistik ONS, Jonathan Athow pada Jumat (21/8) waktu setempat.

Athow menerangkan, meski belum pulih sepenuhnya jika dibandingkan dengan periode waktu sebelum pandemi, penjualan bahan bakar dan pakaian terus meningkat.

Sementara, penjualan makanan pun telah kembali turun dari puncaknya karena banyak orang yang memilih untuk berpergian ke restoran atau pub.

Jika dilihat secara makro, ekonomi Inggris telah menyusut sampai seperlima bagian pada kuartal kedua. Namun, ekonomi Inggris pun berangsur pulih. PDB mereka disebut tumbuh 8,7 persen di bulan Juni. berita Mancanegara (cnn)

- Advertisement -

Berita Terkini