Kinerja PPIH Arab Saudi Diapresiasi, Penyelenggaraan Haji Semakin Baik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jeddah – Operasional haji 1438H/2017M sudah berakhir. Kloter 10 Embarkasi Lombok (LOP 10) menjadi kloter terakhir yang diberangkatkan dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

Sekjen Kemenag Nur Syam mengapresiasi kinerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Menurutnya, secara umum penyelenggaraan haji tahun ini menjadi semakin baik lagi.

“Apalagi tahun ini ada tambahan jemaah haji yang sangat signifikan, 52.200 orang. Meskipun jamaahnya bertambah 31 persen tetapi petugas hajinya hanya bertambah 13 persen saja, penyelenggaraan haji terbilang sukses,” ujar Nur Syam saat menggelar Rapat Evaluasi di Jeddah, Jumat (6/10).

Hadir dalam kesempatan itu, Kabiro Perencanaan Ali Rohmat, Direktur SDM pada RSH Jakarta Syihabuddin, Staf Teknis I Kantor Urusan Haji yang juga Ketua PPIH Ahmad Dumyati, Kadaker Mekkah Nasrullah Jasam, Kabid Katering Abdullah, Kabid Transportasi Subhan Cholid, Kabid Perlindungan Jemaah Jaetul Muchlis, Kabid Bimbingan Jamaah dan KBIH Endang Jumali, dan Kasubdit Umrah Arfi Hatim, Staf Teknis Haji II Ahmad Jauhari.

“Nyaris tidak ada pemberitaan di berbagai media yang menganggap bahwa penyelenggaraan haji kita lebih jelek dari tahun lalu. Semoga survey BPS akan memberikan peningkatan kualitas pelayanan terhadap haji kita,” sambungnya.

Menurut Nur Syam, keberhasilan pelayanan haji tidak terlepas dari kerja keras seluruh jajaran Kementerian Agama yang terlibat di dalam penyelenggaraan haji. Berbagai inovasi dalam memberikan pelayanan kepada jamaah bisa menjadi ukuran tentang bagaimana upaya Kemenag meningkatkan kualitas pelayanan jamaah haji.

Meski demikian, Kementerian Agama akan segera menggelar evaluasi menyeluruh penyelenggaraan haji tahun ini. Untuk itu, Nur Syam meminta PPIH Arab Saudi untuk menyiapkan data penyelenggaraan haji dalam beberapa tahun terakhir. Data itu penting untuk mengukur progress dan perbandingan dalam setiap tahunnya.

“Misalnya, jumlah jamaah yang meninggal, yang sakit, yang tersesat dan sebagainya. Hal ini untuk menggambarkan secara riil tentang penyelenggaraan haji kita dari tahun ke tahun,” kata Nur Syam.

Selain data, perlu ada catatan khusus terkait istitha’ah kesehatan. Selama ini menurut Nur Syam masih ada perbedaan persepsi antara Kemenkes dengan Kemenag tentang definisi dan ukuran isthita’ah kesehatan. Misalnya jemaah dengan hemodialisa apakah boleh berangkat atau tidak?

Catatan lainnya tentang jemaah furada yang menempati maktab Indonesia. Nur Syam menilai hal ini sebagai pelanggaran kesepakatan. Sebab seharusnya maktab Indonesia itu diperuntukkan bagi Jemaah haji Indonesia yang terdaftar di dalam system haji Kemenag.

“Penempatan furada di tenda kita, tentu berakibat terhadap banyak hal, misalnya ketersediaan toilet, air dan fasilitan dasar lainnya. Bahkan juga katering yang bisa saja mereka mengganggu terhadap ketersediaan katering untuk jamaah haji kemenag,” katanya.

Catatan lainnya terkait fasilitas dasar seperti toilet di Mina. Nur Syam berharap ke depan bisa dilakukan upaya agar ketersediaan toilet di Mina lebih memadai. Seiring kenaikan jamaah haji, seharusnya jumlah toilet juga harus diperbanyak, sehingga dapat mengurangi lama antrian yang demikian panjang.

“Fasilitas toilet ini tentu sangat penting bagi jamaah haji, apalagi rata-rata Jemaah haji Indonesia itu resiko tinggi karena faktor usia,” tandasnya. (ka)

- Advertisement -

Berita Terkini