Anton Christanto
Pemerhati dan Pengamat Sosial Politik di Boyolali
Mudanews.com OPNI –
1. Latar Belakang dan Awal Insiden
1.1 Siapa dr. Syahpri Putra Wangsa?
dr. Syahpri Putra Wangsa adalah dokter spesialis penyakit dalam, konsultan ginjal-hipertensi (Sp.PD-KGH) dengan gelar Fellow of Indonesian Society of Internal Medicine (FINASIM)—gelar tertinggi di bidang penyakit dalam di Indonesia. Ia bertugas di RSUD Sekayu (Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) dan RS Bunda Medika Jakabaring. Kecakapannya dalam diagnosis dan perawatan, khususnya gangguan ginjal dan hipertensi, dikenal di lingkungan medis lokal.
1.2 Kronologi Kejadian
Pada Selasa, 12 Agustus 2025, saat melakukan visit rutin ke salah satu pasien ruang VVIP RSUD Sekayu, dr. Syahpri diserang secara verbal dan dipaksa melepas masker oleh keluarga pasien. Dalam video yang viral di media sosial, terlihat sang dokter tengah menjelaskan hasil pemeriksaan—khususnya hasil rontgen yang menunjukkan infiltrat di paru, indikatif tuberkulosis. Keluarga, yang merasa layanan tidak sesuai dengan ekspektasi VVIP, melempar hinaan: “Buka masker kamu… ibu saya sudah tiga hari dirawat…”
Meskipun berada di bawah tekanan emosional dan intimidasi, dr. Syahpri memilih bersikap tenang, memberikan penjelasan sesuai prosedur medis, dan mematuhi protokol (masker wajib dipakai di ruangan perawatan).
2. Respons Resmi dan Mediasi
2.1 RSUD Sekayu
Pihak rumah sakit mengecam keras kekerasan terhadap tenaga medis. RSUD Sekayu menegaskan bahwa dokter adalah garda terdepan yang wajib dilindungi. Mereka mengadakan rapat internal untuk mengklarifikasi kronologi dan motif kejadian.
2.2 Pemerintah Daerah: Pemkab Musi Banyuasin (Muba)
Sekretaris Daerah Muba, Dr. Apriyadi, turun langsung memediasi antara pihak keluarga pasien dan dokter. Dua pihak dimediasi, permintaan maaf disampaikan oleh keluarga. Kendati mengakui adanya kelalaian dalam pelayanan, Apriyadi menegaskan tindakan intimidasi tidak dapat diterima.
2.3 Laporan ke Polisi
dr. Syahpri, didampingi oleh jajaran RSUD dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Muba, resmi melaporkan keluarga pasien ke Polres Muba dengan tuduhan intimidasi fisik dan verbal. IDI menyatakan akan mendampingi penuh dan mengawal proses hukum hingga tuntas.
2.4 Peran IDI
BHP2A (Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi) IDI Cabang Muba menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan ancaman serius terhadap keselamatan tenaga medis. IDI akan mendampingi secara legal dan memberikan advokasi agar kasus dapat diselesaikan secara hukum.
3. Munculnya Petisi: “Dukung dr. Syahpri SpPD”
3.1 Isi Petisi
Pada 12 Agustus 2025, sebuah petisi online diluncurkan di platform change.org dengan judul: “Dukung dr. Syahpri SpPD: Tegakkan Hukum, Hentikan Kekerasan pada Dokter!”
https://chng.it/sn5QrYPj9j
Inti petisi:
1. Penegakan hukum yang transparan terhadap pelaku kekerasan fisik terhadap dr. Syahpri
2. Perlindungan nyata bagi tenaga medis, termasuk pengamanan di fasilitas kesehatan
3. Edukasi publik untuk mencegah kekerasan terhadap tenaga kesehatan
3.2 Respons Publik
Petisi ini mendapat respons luas: lebih dari 14.000 penandatangan. Ini menunjukkan kepedulian publik terhadap keselamatan tenaga medis dan penolakan terhadap intimidasi di fasilitas layanan kesehatan.
4. Rekomendasi Peran PAPDI (Tempat Bernaung dr. Syahpri)
4.1 Tentang PAPDI
PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) adalah organisasi profesi yang menaungi dokter penyakit dalam, termasuk dr. Syahpri. Sebagai wadah profesi, PAPDI memiliki tanggung jawab tidak hanya pada pengembangan keilmuan, tetapi juga perlindungan hak dan profesionalisme anggotanya.
4.2 Apa yang PAPDI Dapat dan Harus Lakukan?
a. Advokasi Hukum dan Profesionalisme
Mendampingi dr. Syahpri secara profesional dalam jalur hukum, menjamin adanya advokasi yang kuat.
Menerbitkan pernyataan resmi untuk mengecam kekerasan terhadap tenaga medis dan memperkuat posisi profesional dokter di mata publik.
b. Sosialisasi Perlindungan Tenaga Medis
Mengedukasi publik tentang hak dan kewajiban pasien, khususnya dalam ruang perawatan VIP vs non-VIP, serta prosedur medis yang sah.
Mendorong rumah sakit memperkuat prosedur keamanan internal dan pelatihan pelayanan, khususnya di ruang VIP.
c. Penyusunan Protokol Pelayanan di Ruang VIP
Mengusulkan rakam prosedur standar pelayanan (SOP) di ruang VIP agar tidak menimbulkan ekspektasi berlebihan dan memicu konflik.
Bekerjasama dengan rumah sakit dalam menyosialisasikan perbedaan prosedur medis vs fasilitas “layanan premium”.
d. Penguatan Etik dan Psikososial
Menyelenggarakan seminar atau workshop tentang menangani tekanan situasional dan keluarga pasien yang emosional (de-escalation training).
Memastikan dokter mendapat pelatihan komunikasi krisis serta dukungan psikologis jika menghadapi intimidasi.
e. Publikasi dan Kampanye
Menggunakan saluran media dan sosial untuk mengkampanyekan pentingnya menghormati tenaga medis, termasuk menghadapi gonjang-ganjing perlakuan diskriminatif oleh privileged patients.
Menyebarluaskan kisah dr. Syahpri sebagai contoh profesionalisme dan empati di tengah tekanan tinggi.
5. Refleksi: Tantangan “Orang Kaya Baru” (OKB) dalam Interaksi Medis
Penekanan Anda terhadap istilah Orang Kaya Baru (OKB) sebagai kelompok yang paling sulit diajak berurusan — khususnya di ranah layanan kesehatan yang seharusnya egaliter — layak menjadi kajian kritis dan reflektif.
5.1 Mengapa OKB Sering Menjadi Problem?
Ekspektasi tinggi dengan minim pengetahuan medis: Ruang VIP memicu persepsi bahwa biaya yang mahal otomatis menjamin hasil instan atau layanan ekstra yang bukan bagian prosedural.
Kurangnya kesadaran prosedural: OKB kerap tidak memahami tenggat waktu dan proses pemeriksaan medis klinis, seperti menunggu hasil laboratorium.
Dominasi akses dan sikap entitlement: Ketika merasa “lebih bayar”, beberapa pihak merasa berhak mendikte penanganan—seperti memaksa melepas masker saat prosedur sedang berlangsung.
5.2 Tantangan Etika dan Praktik Medis
Mempertahankan profesionalisme medis dalam konflik dengan OKB yang emosional adalah tantangan berat. dr. Syahpri menunjukkan bahwa ketenangan dalam komunikasi dapat menjadi benteng saat menghadapi tekanan emosional.
Sistem kesehatan perlu menaruh batasan etis yang jelas, agar layanan tidak bertransformasi menjadi barter ekspektasi finansial.
5.3 Rekomendasi Sistemik
Perkuat edukasi masyarakat mengenai prosedur klinis—misalnya, jelaskan bahwa pemeriksaan dahak memerlukan waktu, atau bahwa hasil rontgen perlu dikonfirmasi.
Kembangkan SOP pelayanan berbasis humanis yang tetap menjaga penghormatan dan keamanan tenaga medis.
Terapkan eskalasi risiko: misalnya, saat pasien VIP berpotensi intimidatif, pihak rumah sakit dapat segera melibatkan keamanan atau mediator medis.
Forum dialog antara profesional dan masyarakat: Mengadakan dialog kecil antar dokter dan pasien masyarakat kelas atas untuk membahas etika layanan dan membangun pemahaman prosedural bersama.
6. Kesimpulan
Kasus yang menimpa dr. Syahpri Putra Wangsa bukan semata peristiwa viral semata, melainkan cerminan tantangan sistemik dalam interaksi antara tenaga medis dan pasien—terutama kelompok dengan ekspektasi berlebih seperti OKB. Hal ini menunjukkan urgensi perlindungan profesi, SOP pelayanan, dan edukasi publik.
Peran PAPDI sangat krusial sebagai:
Advokat hukum dan profesionalisme dokter
Penggerak edukasi masyarakat dan rumah sakit
Penguat struktur etik, komunikasi, dan keamanan tenaga medis
Penjaga citra dan kewibawaan profesi penyakit dalam
Kasus ini juga menjadi momentum untuk mendorong reformasi sistemik: dari pelayanan VIP yang berkonflik, hingga membangun budaya saling menghormati antara dokter dan pasien—apapun kelas sosialnya.
Pada intinya dr Syahpri Putra Wangsa sedang berurusan dengan Orang Kaya Baru (OKB).
If you guys wanna know the most difficult people whom you might deal with, jawabannya adalah OKB.
Believe it or not, you may like my statement or not, golongan ini PALING sulit diajak berurusan normal dalam hal apapun. No room to doubt about it. Faktanya begitu.