Mudanews.com – Langkat | Pagi baru saja mulai menyapa saat Siti, siswi kelas 6 SD, berdiri ragu di tepi jalan. Di hadapannya, bukan aspal mulus atau jalan pengerasan yang kokoh, tapi kubangan lumpur setinggi mata kaki, sisa hujan semalam yang tak juga mengering. Ia tahu, hari itu mungkin ia kembali tak masuk sekolah.
Cerita Siti bukan satu-satunya. Jalan Tugu 100 di kawasan Telaga Said, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, kini menjadi saksi bisu dari kelambanan pembangunan yang berulang-ulang dijanjikan namun tak pernah datang. Jalan penghubung antara permukiman warga dan fasilitas vital seperti sekolah, pasar, hingga puskesmas itu, kini rusak berat dan membahayakan.
“Kalau hujan, anak-anak lebih memilih libur. Nggak sanggup lewat jalan seperti ini. Licin, lumpur dalam. Ada yang pernah jatuh juga,” kata Wiyanto, Kepala Dusun 4 Paya Bedi, Desa Securai Utara, Minggu (27/7/2025).
Lubang di Jalan, Luka di Kehidupan
Dari pantauan lapangan Mudanews, kondisi jalan memang sangat tidak layak. Lubang-lubang besar berisi air keruh tampak di beberapa titik. Sementara itu, sebagian jalan lain berubah menjadi tanah merah yang lembek, membuat kendaraan roda dua dan becak motor rawan tergelincir.
Beberapa warga menyebut sudah lama melapor, bahkan berharap masuk program perbaikan melalui musrenbang. Tapi hingga kini, belum satu pun alat berat datang, apalagi pengerjaan pengaspalan.
“Sudah lama kami keluhkan. Tapi belum ada tanggapan serius dari pemerintah. Padahal ini jalan penting,” kata Nurisan Nasution, S.Pd., Kepala Desa Securai Utara.
Bukan Sekadar Jalan Kampung
Di atas peta birokrasi, jalan Tugu 100 mungkin hanya ruas kecil. Tapi bagi warga sekitar, jalan ini adalah jalur hidup. Tempat mereka mencari nafkah, mengantar anak sekolah, hingga membawa orang sakit ke fasilitas kesehatan terdekat.
Namun, saat jalan rusak, semua urusan ikut macet. Petani kesulitan membawa hasil panen. Anak sekolah putus semangat. Ibu hamil takut melahirkan di tengah hujan.
Harapan dari Pinggir Kubangan
Warga kini berharap Pemerintah Kabupaten Langkat tidak lagi menutup mata. Aspirasi mereka sederhana: jalan yang aman dan layak dilewati. Bukan janji politik, tapi realisasi program.
“Harapan kami cuma satu. Jalan ini diperbaiki serius. Diaspal, bukan ditimbun pasir saja lalu hilang lagi. Ini untuk keselamatan dan masa depan anak-anak kami,” tambah Wiyanto kepada media ini.
Jalan rusak memang tak berbicara, tapi setiap kubangan dan lubang menyimpan cerita: tentang pembangunan yang tak merata, dan warga yang tak pernah lelah berharap.
🖊️ Laporan: [Tim] – Mudanews
📄 Berdasarkan laporan lapangan warga dan konfirmasi perangkat desa.