Ghosting Vaksin, Vaksin Nusantara Dr Terawan Bakal Tak Bisa Kepermukaan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Vaksin Nusantara dari DR. Terawan bakal tak bisa kepermukaan.

Adalah BPOM sang malaikat urusan obat-obatan dan makanan yang punya tongkat sakti meluluskan izin edar untuk obat dan makanan atau menolak.

Adalah DR. Terawan yang terus jadi lawan pihak-pihak yang selalu tidak rela hasil kerja orang baik nan dermawan ini.

Teori cuci otaknya untuk obat stroke juga tak diakui IDI, tapi sudah lebih 40.000 pasien tertolong dengan cara pengobatan itu. Saya saksi mata kesembuhan kawan saya yang diterbangkan dari Selandia Baru karena serangan stroke, dalam 1 minggu dia langsung pakai tongkat, dan satu bulan kemudian dia sudah masuk kantor, orangnya masih ada dan sehat walafiat.

Perdebatan vaksin ini sampai ke DPR dan BPOM bergeming menyatakan ada uji klinis yang dilakukan DR. Terawan yang tidak bisa diterima.

Dalam kapasitas kita yang tidak paham tentang apa dan bagaimana cara membuat, menguji, dll dari proses pembuatan vaksin, tapi pertanyaan anggota DPR tentang vaksin dan mudahnya vaksin lain masuk ke Indonesia dengan tanpa uji klinis yang dilakukan oleh Indonesia, atau ada vaksin merah putih yang dianggap begitu mudah mendapat izin uji klinis dan sudah masuk tahap akhir, herannya itu sama-sama vaksin anak bangsa, kenapa perlakuannya beda.

Seperti diketahui vaksin Nusantara sudah melakukan uji klinis tahap satu, kenapa tidak diberi uji klinis lanjutannya. Entah subjektifitas apa yang sedang dilakukan sesama anak bangsa di tengah Pandemi yang menyusahkan ini.

Kenapa pertikaian yang tercium karena ada kepentingan terus berjalan. Kenapa ego sektoral itu begitu didewakan, sementara jutaan nyawa menunggu untuk diselamatkan.

Kembali ke DR. Terawan, kenapa manusia mulia ini terus dipersulit, padahal ilmunya untuk kepentingan kemanusiaan, bukan untuk kekayaan atau kebiasaan manusia lainnya yang mendominasi bangsa ini.

Kenapa tidak duduk saja bersama, cari solusinya, sangat bisa dilakukan kalau ada kemauan. Kasian Jokowi, masih banyak jajaran orang yang menikmati jabatan dan kedudukan tapi lupa bahwa semua yang mereka terima hanya amanah dan titipan, kenapa matanya pada kelilipan.

Jadi ingat anak kampung Lumajang kalau tak salah, yang punya kemampuan merakit TV dari barang bekas. Bukannya dibantu dikembangkan malah ditangkap dan hasil rakitannya dimusnahkan.

Beda dengan bandar narkoba yang kebanyakan dipiara dan bisa punya dapur produksi dipenjara.

Ironis, sebuah kemampuan ilmu dimusnahkan, sementara produk yang bisa memusnahkan kemanusiaan dilanggengkan. Ini bahayanya sebuah negara kalau pejabatnya nyaris semua pejabat kaleng-kaleng.

Cukup jelas statement anggota DPR bahwa harusnya diberi kesempatan dulu vaksin Nusantara agar bisa bernafas untuk proses penyempurnaan, jangan di cekek mati sebelum uji tuntas dilakukan, kan BPOM bisa masuk tim pengawas dalam proses itu, kenapa harus jadi tukang vonis, ini boleh itu tidak.

Kalau mau jujur pengawasan yang seperti apa yang sudah dilakukan BPOM untuk melindungi rakyat Indonesia. Itu banyak obat bebas di Jalan. Pramuka yang kadaluarsa, banyak obat-obat import dari Cina yang bebas merdeka.

Makanan yang beredar, ada sambal dengan pewarna cat dipakai tukang bakso dinikmati anak sekolah sampai air kencingnya merah, dan masih banyak yang tak terjamah.

Kasus vaksin Nusantara, Ini kan sama saja mematikan ide dan keinginan orang untuk berkembang. Inilah kenapa kita terus masuk golongan negara yang tetap berkembang, gak bisa jadi negara maju.

Ya karena masih ada manusia pengambil kebijakan yang mentalnya jalang.

Untuk kesekian kali kami sampaikan terima kasih kepadamu DR. Terawan Putranto. Engkau adalah manusia pengabdi yang berbudi tinggi. Putra Indonesia yang pernah ada, maafkan mereka yang pernah punya rasa tak suka, biarkan Allah yang mengurusnya.

Semoga anda selalu dalam lingkup kebaikan dan kasih Allah dimanapun anda bertugas. Jangan pindah dari Indonesia nanti orang-orang baik semakin kurang jumlahnya, kami tak ingin Indonesia diisi para bedebah yang pongah. Karena sejatinya mereka manusia bermata lalat tanpa kebaikan yang bisa mereka lihat apalagi berbuat. GBU.

Oleh : Iyyas Subiakto

- Advertisement -

Berita Terkini