Edy Rahmayadi Gagal Berikan Layanan Kesehatan Kepada Rakyat Sumut, Setengah Periode Gubernur

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Peningkatan sumber daya manusia (SDM) sangat dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin baik kesehatan masyarakatnya maka semakin baik pula SDM nya. Setengah periode Gubernur Edy Rahmayadi memimpin Sumatera Utara (Sumut), hampir tidak ada kemajuan yang signifikan dalam memberikan pelayanan dan akses kesehatan bagi rakyat Sumut.

Bahkan kondisinya masih sangat mengkhawatirkan. Fasilitas kesehatan buruk, jumlah gizi buruk tinggi, dan angka kematian bayi dan ibu melahirkan berada peringkat kelima nasional.

Selain itu juga, Pemrpovsu tampak sangat kewalahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 sehingga jumlah yang terpapar hingga saat ini tembus diangka 23.236 kasus, dengan jumlah kematian 794 orang. Padahal anggaran refocussing untuk penanganan Covid-19 sebesar 1,5 Trilyun, namun anggaran besar tersebut tak berbekas sama sekali.

Demikian hasil evaluasi Fraksi PDI Perjuangan terhadap kinerja setengah periode Edy Rahmayadi dalam bidang kesehatan. Hasil evalusi ini disampaikan oleh Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut dr. Meriahta Sitepu dalam siaran persnya pada Kamis (19/2/2021).

“Kita bisa melihat bagaimana kewalahannya pemprovsu dalam menangani pandemi Covid-19 pada saat kasus terpapar Covid melonjak tinggi. Bahkan pada saat diawal pandemic kita pun harus menunggu waktu 2 minggu untuk mengetahui hasil test Swab, karena miskinnya fasilitas laboratorium kesehatan yang dimiliki oleh Pemprovsu,” ungkap Meriahta.

Seiring dengan fasilitas kesehatan tersebut, pemprovsu juga gagal dalam menjaga dan memberikan keamanan kepada para tenaga medis yang berada di garda terdepan dalam penanggulangan pandemic Covid.

“Tercatat sudah lebih dari 600 tenaga medis, baik itu dokter, perawat dan tenaga medis lainnya terpapar oleh Covid-19. Bahkan tidak sedikit para dokter meninggal akibat terpapar virus tersebut” ungkap Bendahara DPD PDI Perjuangan Sumut.

Selain dalam penanganan Covid-19, pemprovsu juga masih memiliki pekerjaan rumah yang sangat berat, yakni masih tingginya angka gizi buruk yang berakibat pada anak mengalami stunting. Begitu juga dengan angka kematian bayi dan ibu melahirkan masih cukup tinggi.

“Kita tentu sangat prihatin, karena masih ada gizi buruk di Sumut, bahkan jumlahnya masih tergolong tinggi. Tentu gizi buruk ini akan membuat jumlah stunting juga akan tinggi. Situasi ini juga dibarengi dengan masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, bahkan secara nasional Sumut menduduki peringkat kelima dari tahun ke tahunnya,” ungkap Meriahta lagi.

Situasi ini dibarengi dengan rendahnya komitmen Gubsu dalam memberikan pelayanan akses kesehatan kepada rakyat, karena alasan kenaikan iuran BPJS banyak masyarakat yang diputus bantuan untuk iuran BPJS-nya.

“Sejak Juli 2020, pemprovsu telah menonaktifan sebanyak 240.000 pemegang kartu Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan, tentu ini sebuah keputusan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, karena bantuan ini sangat dibutuhkan oleh rakyat kecil di era pandemi ini,” tutup Meriahta Sitepu. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini