Filsafat Senyuman

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dalam Kamus Bahasa Indonesia, senyum diartikan dengan “gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit”. Tentu sesuai dengan konstruksi wajah seseorang. Ada orang yang tidak senyumpun nampak seperti senyum, dan sebaliknya, ada orang yang sudah tersenyum tapi seolah tidak senyum.

Kata “dan sebagainya” pada definisi di atas menunjukkan bahwa ternyata tidak selamanya senyum menunjukkan kegembiraan atau gembira, karena ternyata banyak jenis senyuman sesuai suasana hati. Masih dalam Kamus Bahasa Indoensia tersebut, senyum dikelompokkan kepada 12 jenis, yaitu senyum buaya, senyum hampa, senyum kambing, senyum kecut, senyum kering, senyum kucing, senyum manis, senyum mesra, senyum raja, senyum simpul, senyum siput, dan senyum tawar.

Dari banyak jenis di atas nampaknya ada 3 jenis yang paling sering disebutkan atau nampak, yaitu senyum kegembiraan, senyum kegetiran atau kepahitan, dan senyum keramahan. Khusus senyum keramahan ini mendapat perhatian khusus dari Nabi sehingga beliau bersabda: “senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (tabasamuka fi wajhi akhika laka shadaqah), seperti yang diriwayatkan Imam Daylami.

Kembali ke judul di atas, salah satu ciri filsuf ialah ketika orang tersenyum, ia tidak langsung senyum, karena ia masih berfikir mengapa orang lain senyum. Begitu salah satu penjelasan dosen ketika kuliah filsafat dulu saat di semester 1. Lalu teringat salah seorang teman seasrama yang selama kuliah tidak pernah senyum apalagi ketawa. Anehnya sampai di asrama barulah beliau senyum sendiri dan ketawa sendiri.

Ketika kami tanya ia hanya menjawab bahwa, sampai di rumah barulah ia tahu alasan mengapa orang lain tadi di kampus tersenyum dan tertawa. Wadeuh…luar biasa kawan ini setianya dengan mata kuliah filsafat.

Tetapi begitulah cara kerja filsafat, sebelum ia bertindak (seperti senyum) harus dicari tahu faktornya, mengapa orang lain tersenyum. Ini perlu agar tidak menjadi korban senyuman. Apa yang disebut di atas oleh Kamus Bahasa Indonesia dengan senyum buaya, misalnya pasti akan memakan korban. Maka kaum filsuf akan memberi wejangan Fahamilah senyuman sebelum menjadi korbannya”. Lihatlah dengan kaca mata ontologi, apa senyuman; epistemologi, mengapa orang tersenyum; dan aksiologi, untuk apa orang tersenyum.

Jika mau yang ringan saja, gunakanlah senyum keramahan dan itulah yang dianjurkan Nabi sehingga mengandung nilai sedekah. Mengapa sedekah, karena sangat boleh jadi bahwa senyuman anda akan mendorong orang lain untuk tersenyum. Semakin banyak senyum, diperkirakan wajah anda akan tetap awet dan mudah-mudahan diikuti oleh unsur fisik lainnya, termasuk usia anda, karena salah satu resep panjang umur ialah hidup selalu dalam suasana hati yang senang gembira, yang diaplikasikan dalam bentuk senyum.

Selamat bersenyum ria, asalkan jangan senyum sendiri, karena salah satu ciri orang yang tidak waras ialah “senyum sendiri”, he hee….. 2-1-2021

Oleh : Hasan Bakti Nasution

- Advertisement -

Berita Terkini