Bersama, Peduli Pandemi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dunia dan seisinya dibuat kocar-kacir akibat kedatangan wabah yang amat menggegerkan umat manusia, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah tersebut sebagai pandemi global. Pasalnya, nyaris 188 negara sudah terserang wabah Corona atau Covid-19 namanya. Wabah yang berasal dari Wuhan, China ini ternyata telah sampai ke Tanah Air.

Tidak ada yang kebal terhadap Corona, semua orang pada dasarnya rentan terkena. Ia tak memandang bulu, mau kaum muda ataupun tua, borjuis ataupun proletar, pejabat ataupun rakyat jelata, semua dalam ancaman bahayanya. Dan tak ada yang mampu menjamin kapan dan bagaimana kita semua akan terbebas dari virus ini.

Memang kita ketahui bersama, gejala klinis Corona mirip dengan massuk angin, gejala ringan seperti batuk, pilek, demam. Namun, pada beberapa kasus, orang yang terinfeksi Corona bisa tidak menunjukkan gejala sama sekali. Dan perlu digaris bawahi, virus ini unggul pada rasio penyebarannya.

Tak hanya satu orang yang bisa terpapar, sudah banyak nyawa yang dibikinnya menggelepar. Tercatat kasus Covid-19 masih terus bertambah hingga kini. Mengutip dari Woldometers, jumlah kasus Covid-19 sudah menyentuh angka lebih dari 19 juta jiwa yang terinfeksi dan jumlah kematian di seluruh dunia mencapai 726,895 orang. Sungguh angka yang bukan sekadar angka.

Awal sekali virus ini menjalar ke Indonesia, para pejabat politik dengan lagaknya menentengkan Corona tak akan masuk ke Tanah Air dengan dibumbui kelakar-kelakar, yang pada akhirnya termakan oleh ucapannya sendiri. Karena itu Corona terbukti, marabahaya untuk kita semua. Dunia berduka, semua takut Corona. Lantas, kita bisa apa untuk memutus rantai penyebarannya?

Rapid test masal, hingga kuncintara atau lokcdown dianggap mampu menekan persebaran virus ini, itupun sudah dilakukan oleh kita. Imbauan untuk sosial distance atau menjaga jarak dan menghindarkan keramaian juga sudah kita lakukan berbulan lamanya. Mulai dari bekerja, belajar hingga beribadah dari rumah. Bahkan kalau masih membandel, Kapolri (Kepala Polisi Republik Indonesia) sudah mengeluarkan maklumatnya sesuai Pasal 212, 216, dan 218 KUHP akan ditindak tegas kitanya.

Khawatir wajar, itu manusiawi. Tapi jangan sampai berlebihan dan tetap waspada. Disuruh social distancing malah keluyuran, extrovert dijadikan alassan. Bahkan latah dan muncul fobia seperti panic buying dengan menyetok masker, antispetik, sampai kloroquin. Segala bentuk logistik diburu untuk kepentingan pribadi, padahal keadaan sedang saling berkontradiksi. Masih ingin bersikap apatis? Namun keadaan masih kritis. Ayolah, hari gini masih egois. Empati dan dedikasi kita sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Sudah saatnya bahu membahu memutus sebaran virus, sebelum imunitas kita bertambah aus. Solidaritas kini tak hanya bermakna bagi sesama, juga penting bagi kemaslahatan masing-masing kita. Sembari terus menuntut pemerintah dan negara optimal dalam bekerja, inilah saatnya kita memperkuat solidaritas warga.

Mirisnya, pernah menjadi perbincangan publik tentang tagar #IndonesiaTerserah yang bertengger di sosial media yang dianggap sebagai saluran rasa kekecewaan dan frustasi atau bodo amatnya masyarakat terhadap penanganan wabah Covid-19 di Indonesia.

Pemerintah dianggap belum berhasil membangun kesadaran masyarakat akan penularan pandemi global ini, manalagi dengan memunculkan istilah-istilah yang bisa jadi tak bisa dipahami oleh masyarakat.

Kini selang enam bulan sejak datangnya Corona ke Indonesia, pemerintah mulai memikirkan seribu satu cara agar bisa menyelamatkan kasus kesehatan sekaligus perekonomian yang dianggap krusial. Presiden Jokowi tengah gencar mengumandangkan pelonggaran pembatasan dan telah mengeluarkan protokol yang disebut sebagai “tatanan normal baru” atau bekennya disebut dengan new normal.

Upaya membangun kesadaran masyarakat amat penting dalam penanggulangan Covid-19. Dalam adaptasi dan kebiasaan baru yang sekarang dijalani masyarakat, pemerintah juga menekankan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan selalu menggunakan masker saat berpergian dan rutin mencuci tangan dengan sabun. Sistem pendidikan di seluruh penjuri negeri pun dibuat melalui metode daring agar bermaksud laju penyebaran Corona tidak semakin menjadi-jadi.

Dari wabah Covid-19 ini kita belajar, bahwa perlu sekali sinergitas yang tinggi untuk bersama peduli dan melawan pandemi. Karna merongrong pemerintah terus menerus tanpa kita sebagai masyarakat ikut berpartisipasi menekan laju penyebaran virus, rasanya akan sulit kita terbebas dari pandemi ini. Untuk itu, mari gotong royong membangun solidaritas dan kesadaran akan bahayanya Corona, mari bersatu lawan Corona!

Penulis adalah Mahasiswa/i UIN Sumatera Utara yang kini tengah menjalani masa pengabdian masyarakat dalam kelompok KKN 27.

- Advertisement -

Berita Terkini