Perawat RS Royal Surabaya Tertular Corona hingga Meninggal, Mengapa Bisa?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Surabaya – Perawat RS Royal Surabaya, Ari Puspita Sari yang meninggal kena Corona diketahui tidak merawat pasien COVID-19. Bagaimana Ari bisa tertular?

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Jatim dr Joni Wahyuadi mengatakan, hingga kini masih belum diketahui dari mana perawat tersebut tertular. Namun Joni menyebut, kondisi Ari yang tengah hamil memiliki risiko tinggi untuk tertular COVID-19.

Tak hanya ibu hamil, Joni menyebut para tenaga medis juga memiliki risiko tinggi tertular. Selain itu, penderita penyakit diabetes, hipertensi hingga masyarakat yang lanjut usia juga mudah tertular.

“Yang pertama mengenai risiko tertularnya penyakit Coronavirus ini pada tenaga kesehatan, jadi memang yang paling banyak menimbulkan risiko adalah orang-orang yang tua, yang mempunyai gangguan imun, mempunyai hipertensi, punya diabet, punya asma, punya penyakit gangguan macam-macam dan hamil. Itu juga suatu risiko yang tinggi,” papar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (19/5/2020).

Joni mengungkapkan, sebenarnya di RS Royal, tenaga kesehatan yang tengah hamil telah disarankan untuk cuti. Namun saat itu Ari memilih untuk berjuang membantu pemerintah menangani COVID-19. Karena memiliki risiko tinggi, pihak RS Royal pun menempatkan Ari untuk menangani pasien biasa, bukan COVID-19.

“Jadi saya sudah kontak sama direkturnya rumah sakit tentang tenaga kesehatan di RS Royal yang hamil dan itu sebetulnya sudah disarankan untuk cuti. Tapi yang bersangkutan pengen masuk dan kemudian tidak ditempatkan dalam perawatan pasien Corona,” ungkap Joni.

Selain itu, Ari juga dipisahkan dengan perawat yang menangani pasien Corona. Setelah berdinas, pihak RS Royal juga membiasakan pegawainya langsung mencuci baju.

Namun hingga kini, belum diketahui dari mana Ari bisa tertular. Saat itu, tiba-tiba Ari mengaku mengalami gejala COVID-19. Padahal sebelumnya, saat dua kali menjalani rapid test, Ari dipastikan nonreaktif. Tetapi saat PCR, Ari dinyatakan positif terkena COVID-19.

“Jadi benar dipisahkan dengan perawat yang menangani Coronavirus dan habis dinas (bajunya) dia juga dicuci kan. Nah kalau tidak salah hari ketiga atau keempat pascalibur itu baru merasakan gejala-gejalanya. Jadi menurut yang didiskusikan dengan kami, hasil rapid test-nya negatif (nonreaktif) tapi PCR-nya positif. Ini menandakan yang punya risiko yang seperti hamil, hipertensi, diabet, rapid test-nya sering negatif,” pungkas Joni.

Sumber : detik.com

- Advertisement -

Berita Terkini