Banjir Bandang Ambrukkan Jembatan Penyeberangan

Breaking News

- Advertisement -
Laporan : Indra
MUDANews.com, Tapanuli Selatan (Sumut) – Selain melulu lantakkan puluhan rumah di Kota Padang Sidempuan, banjir bandang akibat meluapnya Sungai Batang Ayumi, Minggu (26/3/2016) kemarin, juga merubuhkan jembatan penghubung di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Akibatnya, warga mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.
Informasi yang dihimpun wartawan di lokasi, Kamis (30/3/2017) siang menyebutkan, jembatan permanen yang menghubungkan Desa Sibio-bio Jae dan Huta Ginjang, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapsel tersebut ambruk usai dihantam material kayu gelondongan, dari lereng Gunung Lubuk Raya dan lereng Gunung Sibual-buali saat luapan air Sungai Batang Ayumi meluap. Hantaman kayu yang disertai air yang cukup deras tersebut, membuat jembatan yang memiliki panjang sekira 25 meter dan lebar yang mencapai 7 meter tersebut rubuh.
Beruntung, saat kejadian tersebut tak ada seorang pun warga yang melintasi jembatan tersebut. Alhasil, korban jiwa dalam bencana alam di lokasi tersebut tidak ada. Namun kerugian, mencapai hingga miliaran rupiah.
Kepada wartawan, salah seorang warga bernama Lokot Ritonga (55) menuturkan, sebelum bencana alam tersebut merubuhkan jembatan, warga dari Desa Sibio-bio Jae dan Huta Ginjang kerap menggunakan jembatan tersebut sebagai jalan alternatif. Pasalnya, jika mereka tidak menggunakan jembatan tersebut maka warga akan menempuh perjalanan sejauh 20 kilo meter untuk bisa tiba ke Huta Ginjang maupun Desa Sibio-bio Jae.
“Ini jalan alternatif dari Desa Sibio-bio Jae ke Huta Ginjang. Bahkan, banyak warga Desa Sibio-bio Jae yang menggunakan jembatan ini untuk menuju ke Sipirok. Karena lebih cepat dari sini. Kalau dari Sidimpuan, bisa mencapai 20 kilo meter kami tempuh untuk sampai ke Huta Ginjang,” akunya.
Untuk itu, warga meminta kepada pemerintah agar secepatnya memperbaiki jembatan tersebut. “Ya, kami minta kepada pemerintah agar segera memperbaikinya. Soalnya, akibat jembatan ini rubuh warga menjadi kesulitan,” pungkasnya.
Amatan wartawan, tampak warga Desa Sibio-bio Jae yang hendak menuju ke Huta Ginjang terpaksa berjalan kaki melewati bebatuan guna sampai ke tempat tujuan. Begitu juga sebaliknya, warga Huta Ginjang yang hendak menuju ke Desa Sibio-bio Jae.[ rd ]
- Advertisement -

Berita Terkini