Pergaulan Bebas dan Dekadensi Moral Remaja di Tengah Pandemi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pergaulan bebas di era digitalisasi saat ini sudah menjadi tidak asing lagi di mata masyarakat. Arus globalisasi yang semakin pesat memberikan dampak yang signifikat bagi masyarakat. Dampak arus globalisasi berdampak pesat terhadap masyarakat terbagi menjadi dua keping yang sulit dipisahkan seperti positif dan negative.

Dampak positif dapat menciptakan perubahan yang dapat membuat masyarakat semakin maju dan tidak ketinggalan zaman maupun bersaing dengan negara-negara lain seperti hadirnya tekhnologi dan pemanfaatannya yang mampu membuat tatanan masyarakat berubah menjadi ke arah modern dengan diiringi sistem pembangunan manusia yang progresif.

Adanya tekhnologi dapat mempermudah segala aktifitas manusia menjadi lebih praktis dan lebih ringan. Pada esensinya tekhnologi lahir karena hasil perkembangan ilmu pengetahuan manusia yang semakin berkembang pesat dengan tujuan diciptakan di awal untuk mempermudah segala aktifitas manusia atas fugsionalnya tekhnologi itu diciptakan.

Namun disisi lain kemajuan tekhnologi yang semakin berkembang pesat juga dapat memberikan dampak negative bagi manusia itu sendiri, dimana penyalahgunaan terhadap fungsi utama tekhnologi yang hadir disalahgunakan ke jalan yang menyimpang.

Norma-norma yang mengikat baik di agama maupun di masyarakat dilabrak oleh manusia demi kepentingan syahwat sementara.

Sementara itu, manusia berbeda dengan hewan karena kelebihan manusia adalah diberikan akal oleh Tuhan dan itu yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di luar manusia di muka bumi ini.

Hal demikian juga yang menandakan bahwa manusia hadir di muka bumi ini ditugaskan sebagai khalifah untuk merawat bumi dengan pola pikir dan perilaku sebaik-sebaiknya.

Dengan demikian manusia dapat menjalankan fungsinya serta hadirnya tekhnologi yang dihasilkan oleh manusia digunakan demi kepentingan bersama baik bangsa maupun agama.

Namun apa jadinya apabila manusia yang seharusnya menggunakan tekhnologi sesuai fungsinya ruh norma yang dipegang erat sebagaimana manusia yang berhamba kepada Tuhan, namun malah menjerumuskan tekhnologi sebagai alat untuk merusak moralitas masyarakat. Akibatnya dekadensi moral dalam masyarakat meningkat semakin parah.

Hal ini juga tidak terlepas kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan falsafah negara seperti maraknya konten-konten berbau dewasa seperti pornografi yang masuk ke lokal bangsa ini dan itu memang mudah diakses oleh masyarakat sehingga berimplikasi terhadap perbuatan ingin meniru karena dorongan seksual yang sudah tidak bisa dikontrol dengan baik bagi masyarakat apalagi bagi remaja yang endingnya disalurkan dengan perbuatan seksual yang menyimpang.

Konten-konten yang memuat situs-situs pornografi dengan mudah diakses oleh siapapun bagi mereka yang melek akan tekhnologi baik kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, hingga lansia pun dengan mudah mengakses situs-situs pornografi tersebut.

Terutama akhir-akhir ini yang marak terjadi di kalangan masyarakat adalah kalangan remaja yang biasanya jika di tahap pendidikan remaja berada ditingkat SMP atau SMA, yang kita ketahui bahwa remaja merupakan generasi estafed bangsa yang harus dipupuk sebaik mungkin sebagai pengganti estafet sebelumnya.

Akhir-akhir ini bangsa Indonesia selalu dipertontonkan oleh media sosial dengan maraknya pergaulan bebas maupun tindak asusila terhadap anak seperti seks pra nikah, pemerkosaan, sodomi, hingga perbuatan asusila berkaitan dengan seksual lainnya yang itu pemicu awal lebih besar dipengaruhi oleh media massa yang dapat menggerogoti karakter bangsa ini.

Usia remaja merupakan ujung tombak penting bagi bangsa dalam menciptakan generasi yang unggul dan produktif dengan berkarakter religius dan nasionalis yang berkemajuan yang demikian merupakan harapan besar wajah-wajah emas bangsa berikutnya.

Siti Sundari mengatakan masa remaja merupakan peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua baik aspek/fungsi untuk memasuki dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Biasanya usia tersebut di dalam pendidikan sedang menempuh antara tingkat SMP hingga SMA.

Di tengah pandemi Covid-19 sudah kita ketahui bersama bahwa aktivitas manusia serba terbatas terutama dalam ruang lingkup masyarakat (social society).

Sebaiknya pula anak remaja didorong dan dikontrol dengan baik oleh orang tua agar lebih beraktiftas di rumah namun tetap produktif kecuali memang ada keperluan yang penting atau bermanfaat sekedar untuk mencari hiburan agar tidak stress apabila khawatir di akibatkan karena di kurung di rumah secara terus menerus.

Makanya memberikan izin terhadap anak remaja untuk bermain di luar rumah agar tidak tertekan secara mental terutama di dekat-dekat rumah merupakan salah bagian alternative dalam menciptakan iklim psikologi yang kondusif bagi anak remaja namun dengan catatan tetap dalam pengawasan atau kontrol agar tetap mengindahkan protokol Covid-19.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan apalagi di tengah pandemi yang dihantui dengan ancaman kesehatan. Karena orang tua adalah pegangan utama bagi anak remaja untuk membentuk jati diri mereka dalam bersosial.

Namun apa jadinya di tengah pandemi Covid-19 yang masih lalu lalang berjalan anak remaja tidak mengindahkan protokol Covid-19 dengan berkeliaran bebas di luar hingga terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

Adanya pandemi seharusnya membuat mereka lebih mengurangi aktivitas di luar rumah dan lebih belajar dari rumah utamanya bagi daerah yang masih berada di zona merah seperti di kota-kota besar yang kita lihat.

Maka seharusnya anak remaja bagi orang tua lebih di kontrol dengan maksimal selain pengawasan kedua orang tua juga dari pihak keamanan seperti Satpol PP begitu pula kontrol peran guru sebagai tanggung jawab moral selain pendidik sekaligus sebagai orang tua ke dua bagi mereka seperti kontrol dengan melalui komunikasi daring dengan memberikan motivasi bagi anak supaya tetap menciptakan iklim produktif dari rumah serta mematuhui Covid-19 agar dapat menciptakan sinergitas bersama.

Di tengah wabah Covid-19 yang masih belum tuntas dengan berbagai macam krisis yang terjadi baik krisis ekonomi, sosial, kesehatan, malah akhir-akhir ini justru diperparah dengan dipertontonkan dengan dekadensi moral anak remaja, seperti pergaulan bebas anak remaja yang masih marak terjadi.

Penulis : Hanafi (Mahasiswa Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Madura dan HMI Tarbiyah IAIN Madura)

 

- Advertisement -

Berita Terkini