Sepucuk Surat Kepada Jodohku Yang Entah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Hai, lagi apa? Sedang sama siapa? Sudah makan? Jaga diri baik-baik ya. Semoga senantiasa sehat.

Kelak, kita akan bertemu di waktu dan kedaan yang tepat. Mungkin kini, kita belum sempat saling mengenali dan belum bisa untuk saling mengabari.

Sebelum waktu, akan membuat kita untuk bisa saling menemukan. Meski mungkin, diawali dengan sama-sama sempat saling merasakan kehilangan.

Aku tahu, usiamu kini sudah dewasa dan sudah banyak mendapatkan pelajaran hidup memilukan, atau bahkan membahagiakan. Pilu ketika kau dipertemukan untuk dipisahkan, karena tanpa kau sadari jodohmu ialah aku. Bahagia, karena setelah berpisah dengannya kau dipertemukan lagi dengan seorang yang lain yang kau kira ia, ialah jodohmu juga, padahal masih saja bukan.

Mungkin kau sempat bertanya dan berpikir siapa jodohmu sebenarnya, tapi pada kenyataannya kau tak bisa untuk tahu perihal itu. Kau senantiasa berusaha dan berdoa untuk lekas bertemu denganku tapi kehidupan terkadang malah menemukanmu dengan seorang yang salah, kemudian ia pergi meninggalkanmu sendiri dengan perasaan terluka, terpaksa terima kalah dengan perasaan tabah.

Semoga apa pun keadaannya, kau senantiasa kuat melewati ujian hidup yang bertubi-tubi ini. Aku pun demikian, terkadang aku bertanya dan meminta untuk segera tahu siapa yang akan menemaniku untuk bisa hidup bersama melewati sisa-sisa usia dan kehidupan yang sementara ini.

Ah, rasanya semakin aku ingin tahu perihal kamu, semakin aku tersesat dikhayal yang semu.

Yang aku pikirkan saat ini, kau masih bersama dengan orang lain. Tertawa bersama, bercerita tentang hari depan. Padahal dengannya, cuma akan sampai pada tahap angan. Kau pun mungkin akan menangis karena tak bisa menerima perpisahan.

Sabarlah, aku sedang di perjalanan untuk menemukanmu kemudian. Atau jangan-jangan kau ialah apa yang aku lihat sesekali tapi tak menyadari? Entahlah.

Di balik surat ini, aku menyatakan akan siap menerima kurang dan lebihmu. Dan nanti, aku akan memperlihatkan surat ini padamu. Supaya kau bisa membacanya, dan sadar bahwa kau ialah apa yang selama ini aku nantikan dalam getir penasaran dan bully dari tetangga yang dirasakan tiap hari. Karena sampai saat ini kau belum bisa kutemukan juga.

Tak apa, aku kuat! Karena di ujung sana. Aku yakin kau pun telah siap menanti dan akan menerima semuanya. Menerima kurang dan lebih keadaanku. Siap menemani tiap liku waktu dengan terus bersama hingga nisan berada di atas kuburuan kita.

Sekarang, aku menantimu, di sini. Dengan perasaan yang sungguhan. Di sana, semoga Tuhan senantiasa menjagamu dari apa pun yang menyakitkan.

2019

Penulis adalah Dede Humaedi

- Advertisement -

Berita Terkini