Cinta Biasa VS Cinta Istimewa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dulu sering kali saya mendengar ungkapan dari orang-orang yang bilang “kalau dia baik, aku pun bisa lebih baik. Tapi kalau dia gak baik, aku pun bisa lebih gak baik lagi.”

Bawah sadar saya merekam ungkapan itu dan mengadopsinya hingga saya dewasa.
Apakah anda juga pernah dengar? Ataukah anda salah seorang dari sekian banyak orang yang memegang prinsip ini? Hmhmm

Jika diartikan bahwa semua orang harus berbuat baik agar dapat menerima kebaikan, ini bagus sekali. Dari sisi penerima. Artinya orang akan termotivasi untuk terus berbuat baik.

Tapi, coba dikaji lagi. Bahwa kita tidak bisa memaksa orang untuk melakukan kebaikan sesuai yang kita inginkan.
Dan ternyata, apa yang baik menurut kita belum tentu baik untuk orang lain.
Dan yang mengharukan, orang yang kita anggap melakukan kebaikan itu, bukanlah murni sedang mekukan kebaikan. Tapi, orang itu hanya sedang memenuhi ego kita, untuk bertindak sesuai kaidah kebaikan yang kita ciptakan sendiri dalam fikiran kita.

Jadi sebenarnya, kita tidak sedang menyukai orang yang berbuat kebaikan. Namun hanya sedang menyukai orang yang berbuat sesuai keinginan kita, untuk pemenuhan ego kita sendiri.

Dalam kalamNya, Tuhan yang maha suci mengingatkan kita. “Jika kau tidak menyukainya, maka bersabarlah. Bisa jadi, kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Lalu, bagaimana kita bisa menghakimi, bahwa orang itu baik, dan orang ini tidak baik? Lantas bagaimana kita bisa membalas kebaikan dengan kebaikan? Sedangkan apa yang kita anggap baik, belum tentu baik menurutNya. Dan apa yang kita anggap tidak baik, bisa jadi banyak kebaikan di dalamnya?
Jangan sok tau deh ya….

Itu sebabnya, untuk aman dan nyamannya. Kita dinasehatkan untuk berbuat baik pada sesama. Arti sesama disini adalah sesama makhluk ciptaanNya. Baik itu manusia, hewan, tumbuhan, dll.
Karena, kata Tuhan dalam kalamNya, “sebesar zahroh pun kebaikan yang kita lakukan, pasti ada perhitungannya. Pasti akan dibalas dengan kebaikan.”
Inilah bentuk cinta yang sesungguhNya.
Cinta pada sesama yang tak memilih.
Karena menyadari sepenuhnya, apa yang kita lakukan, maka balasan kebaikannya adalah untuk diri kita sendiri. Tak akan tertukar.

Lalu, mengapa masih sibuk memperhitungkan kesalahan orang lain yang kita anggap salah? Dan merasa berhak menghakimi, lalu membalas dengan sikap yang tak baik, bahkan sampai bertubi-tubi?
Sesuci apakah kita, hingga orang harus memenuhi ego kita terlebih dahulu, baru kita mampu berbuat baik terhadapnya?

Dan yang lebih mengharukan lagi, mengapa sikap orang yang kita anggap buruk itu, membuat kita “latah” ikut-ikutan melakukan keburukan yang sama, atau bahkan lebih buruk lagi?
Apakah anda tidak cukup punya prinsip dalam hidup, sehingga bisanya hanya ikut-ikutan orang lain?
Apakah anda lebih suka hidup anda disetir oleh orang lain???
Kalau begitu, bukankah anda sama buruknya dengan orang yang anda anggap buruk itu? Bagaimana anda berfikir?
Ini mengharukan!!!

Jadi Gimana??? Masih belum merasa rugi dengan cara fikir seperti itu? Bahwa “kalau dia baik, aku bisa lebih baik. Kalau dia gak baik, akupun bisa lebih gak baik.”?

Membalas kebaikan pada orang yang baik pada kita, itu biasa sayang. Membalas keburukan dengan keburukan, itu juga biasa. Membalas kebaikan dengan keburukan itu celaka. Dan yang istimewa adalah jika kita mampu membalas keburukan dengan kebaikan. Itu surga sayang.

Ya. Tingaal pilih saja. Mau yang biasa, yang celaka, atau yang istimewa.?…
Semua ada konsekwensinya. Dan hanya orang gila yang melakukan hal biasa, tapi mengharap hasil yang istimewa. Hmhmhm….

“Miracle of Love” (mol)
Semoga banyak manfaatnya.
Salam damai penuh cinta. Maulida Hanim

Penulis adalah praktisi vibrasi cinta, rutin menulis tentang info seputar tips percintaan dan asmara.

- Advertisement -

Berita Terkini