Kalau Tiba-Tiba Si ‘Putri’ Hamil

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Muhammad Taufiq Lubis

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Oleh hampir setiap orang tua, musibah yang satu ini tentu tidak diinginkan terjadi pada anak-anak perempun tersayang. Namun, kalaupun terjadi juga, banyak cara bijak untuk menyelesaikannya. Bagi orang tua, peristiwa semacam ini juga bisa dijadikankesempatan yang baik untuk mengintropeksi diri.

Ibaran tersambar petir di siang bolong bila tiba-tiba kita mendengar putri kesayangan, yang masih “bau kencur”, hamil di luar nikah. Lebih-lebih kalau perutnya mulai tampak membuncit dan sulit lagi untuk disembunyikan. Acap kali tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa anak yang sehari-harinya berperilaku alim, taat beragama, bahkan cukup pandai sekolah, bisa terjerumus kedalam kecelakaan seperti itu.

Terbengong-terbengong diikuti rasa marah, frustasi, dan putus asa merupakan reaksi kebanyakan orang tua. Lebih pusing lagi saat mengetahui rekanan dalam melakukan perbuatan yang mengakibatkan kecelakaan itu adalah pemuda teman sebayanya. Jangankan membina rumah tangga, penampilannya pun masih lugu.

Begitu mengetahui terjadinya peristiwa semacam itu, umum terjadi orang-orang di sekelilingnya mulai sibuk mencari-cari penyebabnya. Mengapa kecelakaan itu sampai terjadi? Tambah runyam lagi jika peristiwa itu lantas dihubungkandengan cara orang tua mendidik anaknya yang dianggap kurang tepat. Atau dikaitkan dengan kemungkinan ibu si gadis yang demen main serong atau bapaknya yang penggemar daun muda. Maka, kecelakaan itu pun lantas dianggap sebagai cetusan hukum karma.

Perlu Intropeksi 

Pasti timbul pertanyaan dalam diri orang tua, mengapa ini bisa terjadi? Kapan dan dimana melakukannya? Pasalnya, si anak selalu pulan tepat waktu dan kalau pergi pun selalu memberi tahu kemana dan dengan siapa.

Lalu orang tua mencoba memeriksa kembali poila asuh yang diterapkan dirumah. Jelas, mereka akan semakin frustasi ketika dirasakannya selama ini pola asuh yang dipilih sudah cukup ideal.  Tapi mengapa terjadi juga? Salah apa aku ini? Kira-kira demikian perasaan yang berkecamuk dalam diri orang tua, apalagi dari pihak si gadis.

Kalau direnungkan, sebenarnya sering tanpa kita sadari ada hal-hal yang bisa mendukung (baik langsung atau tidak) terjadinya peristiwa kehamilan pada sang putri kesayangan. Barangkali orang tua mulai mencoba intropeksi diri. Misalnya, kalau ia seorang ibu, meneliti penampilannya sendiri, entah cara berpakaian, berbicara, atau bergaulnya didepan umum. Jangan-jangan saking tergila-gilanya pada mode yang lagi in, ia jadi lupa diri. Semua tren mode begitu saja dijajalnya meski belum tentu cocok dan pantas bagi seorang ibu. Maklum saja, kita semua tahu, ibu semestinya menjadi teladan bagi putra-putrinya, termasuk dalam berpakaian.

Belum lagi situs-situs porno bebas internet yang tanpa diketahui orang tua mungkin saja mereka saksikan. Tidak kalah membahayakan adalah bacaan serta gambar-gambar porno yang dipinjam dari teman atau disewa dari luar. Semua hal itu bisa menyebabkan anak menjadi cepat matang secara seksual sambil menimbulkan gejolak panas. Sayang sekal,  gejolak itu belum disertai kemampuan analisis karena secara mental ia belum dewasa.

Perlu diingat pula betapa dunia diluar diri anak, baik yang positif maupun negatif, sering begitu besar pengaruhnya. Perbuatan yang mengakibatkan kecelakaan itu nyatanya bisa dilakukan dimana saja. Bagi dua insan yang sama-sama sedang dilanda gejolak asmara yang menggebu, melakukannya dirumah saat penghuni lain sedang keluar, didalam mobil, didalam toilet, atau tempat lainnya, tidak menjadi masalah.

Namun, sebenarnya semua itu tidak lagi perlu dipersoalkan manakala kecelakaan tersebut telah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Yang lebih penting adalah memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap putri kesayangan kita.

Berpikir Jernih

Beberapa alternatif masukan dibawah ini bisa dijadikan bahan pertimbangan :

  • Menikahkan pasangan belia ini dan membantu semua kebutuhan keluarga muda itu nantinya, sampai sang suami mampu mandiri.
  • Menikahkan mereka hanya sampai kelahiran bayi, kemudian memisahkan mereka dan sang bayi untuk diasuh sebagai adik kecil atau anak bungsu dalam keluarga.

Akhirnya, coba benahi kembali perilaku  diri. Apakah selama ini yang kita lakukan sudah pantas dan benar? Dalam era globalisasi dan modernisasi ini tanpa disadari banyak hal dapat mengubah perilaku keseharian kita. Bisa jadi beberapa aspek dari kelakuan kita sudah melompat jauh keluar jalur, yang sedikit banyak akan ditiru oleh atau berpengaruh pada anak.

Hal ini tentunya tidak berlaku hanya pada para ibi, tapi juga pada para ayah. Sebagai orang tua, waspada menjaga perilaku itu perlu. Kedekatan dengan anak putri kita harus tetap dijaga. Jangan jadikan kesibukan pekerjaan sebagai alasan, bila peristiwa itu sampai menimpa keluarga kita.

- Advertisement -

Berita Terkini