Aliansi BEMPAS Raya Soroti “Benang Putus” Kebijakan Nasional dan Realitas Lokal dalam Bedah 1 Tahun Pemerintahan

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Pasuruan  – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Pasuruan Raya (BEMPAS) menggelar Dialog Publik bertajuk “Bedah Kebijakan: Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran” pada Minggu (9/11/2025) di Pendopo Kota Pasuruan. Forum ini bertujuan mengkritisi implementasi kebijakan pusat dan menjembatani kesenjangan antara program nasional dengan kebutuhan riil di daerah.

Dialog ini menghadirkan berbagai narasumber, yaitu Gus H. M. Nailurrochman (Ketua PCNU Kota Pasuruan), Dr. Moch. Mubarok (Pengamat Politik Unesa), Dr. Mochammad Taufiq (Rektor Uniwara), dan H.M. Rohani Siswanto (Perwakilan Partai Gerindra).

Menjahit “Benang yang Putus” dan Sorotan Kebijakan

Koordinator Aliansi BEM Pasuruan Raya, M. Ubaidillah Abdi, menegaskan bahwa fokus utama acara adalah “Menjahit Kebijakan Nasional dengan Kebutuhan Lokal”. Ia menyoroti adanya “benang yang putus” antara keputusan di tingkat pusat dan realitas yang dirasakan oleh masyarakat di Pasuruan.

Ubai membandingkan perhatian nasional pada proyek strategis triliunan dengan masalah lokal seperti pungutan liar di dunia pendidikan.
Ketua Pelaksana, Muhammad Qommaruddin, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan ruang refleksi dan tanggung jawab moral mahasiswa untuk mengontrol sosial secara independen dan objektif.

Dalam sesi diskusi, beberapa poin kritis diangkat oleh peserta dan narasumber:

Pengaruh Pemilu Serentak: Akademisi dan pengamat politik, Dr. Moch. Mubarok, berpendapat bahwa salah satu penyebab keseragaman kebijakan nasional yang mengabaikan ciri khas daerah adalah pelaksanaan Pemilu Serentak.

Visi Prabowo Subianto: Perwakilan Gerindra, H.M. Rohani Siswanto, menegaskan konsistensi visi Prabowo sejak 16 tahun lalu, yang tertuang dalam buku Paradoks Indonesia, dengan tujuan utama menyejahterakan rakyat. Program unggulan yang disebutkan antara lain Sekolah Rakyat, MBG (Makan Bergizi Gratis), Koperasi Merah Putih untuk ekonomi lokal, hingga janji 19 juta lapangan pekerjaan.

Kritik Fiskal: Peserta menyampaikan catatan kritis bahwa banyaknya janji populis Prabowo berpotensi membutuhkan anggaran besar, yang dapat membebani ketahanan fiskal negara, memaksa pemerintah mencari sumber dana lewat efisiensi, utang luar negeri, atau pemotongan dana daerah.
Potensi Lokal: Akademisi Dr. Mochammad Taufiq membuka diskusi dengan inspirasi dari Tiongkok, di mana setiap kota memiliki ciri khas industri, dan mengusulkan Kota Pasuruan diarahkan menjadi kota olahraga.

Respons Pemerintah dan Tantangan untuk Mahasiswa

Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, menyambut baik forum kritis ini dan memaparkan bahwa fokus pemerintah saat ini bergeser dari pembangunan fisik ke investasi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Indonesia Emas 2045.

  1.  Ia menyebut program nasional yang sudah diterapkan di Pasuruan, seperti Makan Siang Bergizi (dengan 7 dari 23 target dapur umum beroperasi) dan Sekolah Rakyat yang menyasar masyarakat miskin ekstrem.
  2. Namun, Wali Kota juga memberikan tantangan balik kepada mahasiswa untuk menjadi “gerakan intelektual praksis” dan tidak sekadar menjadi “menara gading”.
  3. Adi Wibowo mempertanyakan fokus mahasiswa terhadap isu-isu lokal Pasuruan yang mendesak, seperti tingginya angka penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS di kota santri tersebut.

Di akhir forum, Gus H. M. Nailurrochman menutup dengan pesan kepada mahasiswa untuk memegang teguh empat prinsip utama dalam melihat dan mengkritisi kebijakan, yaitu Tasamuh (toleransi), Tawasut (berada di tengah-tengah), Tawazun (seimbang), dan Ta’adul (berkeadilan).***(Re)

Berita Terkini