PNIB Gelar Kirab Merah Putih untuk Peringati Bulan Pahlawan, Toleransi, dan Kerukunan

Breaking News
- Advertisement -

Mudanews.com.Jombang, – Dalam situasi dunia yang semakin dihimpit arus globalisasi dan kapitalisme, budaya dan tradisi menjadi benteng terakhir sebuah bangsa mempertahankan harkat dan martabatnya. Perseteruan sesama anak bangsa akibat persaingan di segala bidang seringkali membuat kita lupa kearifan lokal yang ada.

Pandangan tersebut disampaikan oleh AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) selaku ketua umum organisasi kemasyarakatan lintas agama, suku budaya dan tradisi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB). Gus Wal merasa prihatin pada kondisi bangsa yang kian terpuruk di jurang perpecahan karena perbedaan. Menurutnya bangsa ini sedang terhanyut dalam arus budaya asing terutama wahabi Khilafah Terorisme yang menguasai sendi sosial ekonomi dan politik, ujar Gus Wal pada awak media Jum’at (7/11/ 2025)

“Akar budaya, jatidiri dan identitas bangsa ini adalah toleransi dan gotong royong yang diwariskan melalui ajaran Agama dan tradisi budaya warisan leluhur. Namun beberapa tahun belakangan ini terlihat situasi anomali pada perilaku generasi yang mementingkan ego sektoral. Kepentingan kelompok dibela sampai mati, sementara kepentingan bangsa bukan dianggap sesuatu yang sakral” jelas Gus Wal dalam sebuah wawancara dengan beberapa awak media.

Gus Wal memaparkan juga fenomena intoleransi, Khilafah Terorisme yang menjamur di tengah masyarakat. Menurutnya, intoleransi, Khilafah Terorisme tidak terjadi dengan tiba-tiba, namun melalui tahapan proses untuk bisa menjadi sebuah aksi.

“Intoleransi, Khilafah Terorisme yang terjadi belakangan ini adalah dampak pengaruh asing. Salah satunya paham Wahabi yang mengajarkan membenci, menindas bahkan menghacurkan musuh kelompoknya. Arogansi tersebut menjadi bahaya laten yang sulit dibasmi saat kita sendiri yang waras tidak peduli dengan fenomena pembelokan akidah itu. Kita tahu ajaran tersebut sesat dan berpotensi memecah belah keharmonisan sosial bermasyarakat berbangsa dan bernegara, namun kita hanya diam saja menjadi penonton” ujar Gus Wal dengan nada geram.

Atas kecenderungan di atas, maka Gus Wal bersama PNIB berupaya melakukan aksi nyata dengan kirab merah putih. PNIB menjadi satu-satunya ormas yang konsisten menggelar kirab merah putih kebangsaan dan parade budaya nusantara di berbagai kota di Indonesia.

“Kirab merah putih yang kita lakukan selama ini di berbagai kota adalah ritual memperkuat nasionalisme kebangsaan, toleransi dan moderasi beragama, serta merawat tradisi budaya nusantara (NASAB). Bermodal gotong-royong PNIB bisa menggelar merah putih ratusan meter dalam rangka mengingatkan, menghimbau, menganyam kembali nilai-nilai kebangsaan melalui aksi nyata. PNIB tidak eksis dalam kata-kata dan diskusi di media, tapi kami melakukan aksi nyata secara konsisten di jalanan dan trotoar secara damai dan beradab. Apresiasi segenap lapisan masyarakat adalah spirit kami untuk melakukannya lagi sesering mungkin. Yogyakata memanggil kirab merah putih dan parade budaya nusantara 16 November 2025, menyusul di Surabaya 30 November dan berikutnya di Jakarta 14 Desember. Kita mendorong Pemerintah untuk menetapkan 16 November sebagai Hari Toleransi Nasional. Hari yang mengingatkan tentang toleransi adalah benteng terakhir persatuan dan kesatuan bangsa” pungkas Gus Wal.**(Red)

Berita Terkini