Mudanews.com Surabaya– Dalam suasana peringatan Hari Sumpah Pemuda, hari ini (29/10/25) tokoh aktivis mahasiswa angkatan ’98 Firman Syah Ali (Gus Firman) menghadiri undangan podcast @podcastfkipcerah di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) dengan tema “Menyoal Impotensi Gerakan Pemuda”. Bertindak sebagai host dalam podcast tersebut adalah Dr Sunanto, SPd Mpd dan bertindak sebagai fasilitator adalah Gubernur BEM FKIP UNUSA.
Dalam Podcast tersebut menyebutkan beberapa faktor penyebab menurunnya peranan pemuda di Indonesia saat ini.
“Menurunnya fungsi dan peranan pemuda di tanah air saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Secara ideologis, pemuda kita sedang mengalami penurunan jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme, dan itu terbukti dalam rilis hasil survey populix yang menyatakan 65% meyakini pemuda kita sedang mengalami penurunan idealisme, patriotisme dan nasionalisme. Secara politik, menurut data Bappenas tahun 2023 lalu, partisipasi pemuda dalam pembangunan menurun. Secara ekonomi, menurut BPS serapan tenaga kerja kita sangat rendah, terutama di kalangan usia muda, antara usia 15 hingga 24 tahun, angka TPTnya tiga kali lipat angka TPT masyarakat umum. Dari sisi sosial budaya, pemuda kita sedang mengalami efek globalisasi, digitalisasi dan krisis keteladanan elit” ucap Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK).
Ketika Host menanyakan solusi dari permasalahan tersebut, Gus Firman menyampaikan beberapa opsi saran kebijakan.
“Terkait solusi, saya kira penting sekali dilakukan revolusi pembelajaran secara kolaboratif oleh tiga pilar yaitu lembaga pendidikan, keluarga dan pemerintah. Yang kedua, tentu saja kita rangsang kembali jiwa idealisme patriotisme dan nasionalisme pemuda melalui media sosial, karena pemuda saat ini adalah pemuda medsos. Yang ketiga, galakkan program mentorship di mana pemuda dibimbing langsung oleh para profesional seperti policy analyst, CEO dll. Yang keempat, pelibatan aktif pemuda dalam proses pembuatan kebijakan publik. Kelima, kita dorong ekonomi kreatif di kalangan pemuda agar mereka menciptakan lapangan pekerjaan. Keenam, berikan insentif kepada young enterpreneur. Ketujuh, berdayakan UMKM Pemuda. Kedelapan, revitalisasi kolaborasi dunia pendidikan vokasi dengan dunia usaha. Kesembilan, kita bangun ekosistem peer to peer (teladan sebaya) dalam rangka melawan krisis keteladanan elit. Terus promosikan success story pemuda yang beprestasi dan berintegritas di media sosial dan hidupkan forum-forum komunikasi pemuda di setiap lingkungan” lanjut ketua umum Konfederasi Olahraga NU (KONU).
Tapi di antara sembilan saran kebijakan tersebut, Gus Firman merekomendasikan opsi nomor 9 untuk diprioritaskan.
“Dari semua opsi yang saya tawarkan tersebut, opsi nomor 9, yaitu pembangunan ekosistem peer to peer saya kira bisa menjadi prioritas untuk didahulukan, karena role model itu penting dalam lingkungan budaya kita” pungkas pengurus pusat Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP).

