Sambangi Blitar, Ketum Garis Puan Suroan Ziarahi Makam Bung Karno

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Mudanews.com, Blitar – Tahun Baru Jawa 1 Sura dan atau Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H, Ketua Umum Gerakan Nasionalis Perjuangan Nusantara (Garis Puan) Ali Nugroho Ziarah ke Makam Bung Karno untuk membangun kembali semangat perjuangan rakyat jelata dan membangkitkan kesadaran spiritual.

Ia mengatakan bahwa momentum tahun baru ini, sebagai momentum sakral anak bangsa mengemakan semangat perjuangan hingga rakyat makmur dan sejahtera.

“Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, lalu mengaktualisasi dalam bentuk perjalanan yaitu menolong, berjuang bersama kaum marhaen untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan dengan sentuhan kasih dan sayang dalam menggapai cinta atas kehadiratan sang Pemilik hidup harus terus digemakan,” kata Ali, Minggu (07/07/2024).

Menurut Ali, hari sakral adalah hari perpaduan momentum dari berbagai kultur. Baginya, kata Ali, landasan filosofis mencari kebenaran sejati berpedoman pada tiga matra berdimensi langit dalam meningkatkan kesadaran spiritualitas.

“Pertama, kami berjalan dengan bermodalkan kasih sayang ketika berhadapan dengan manusia lain tanpa penilaian. Kedua, kami berjalan hanya perlu menyaksikan tanpa menilai atau menyimpulkan. Ketiga, biarkan pandangan dan penilaian manusia lain dijadikan sebuah lagu untuk berdendang mencari kegembiraan hidup. Maka controllah hawa nafsu dari keinginan negatif agar batin terbebas dari ganguan buruk. Itulah jalur perjalanan perjuangan organ Garis Puan,” tuturnya.

Ali pun beralasan dengan mengutip bahasa Sukarno bahwa ‘Tuhan Bersemayam di Gubuknya Si Miskin’, yang ia maknai sebagai mencari jalan kebenaran untuk perjuangan kaum miskin atau wong cilik. Atas alasan tersebut, ia ziarahi makam Bung Karno.

“Bentuk dedikasi, penghormatan dan peneguhan dalam meneruskan kembali nilai-nilai perjuangan Putra Sang Fajar dengan mekonkritkan bentuk pondasi kebangsaan yaitu Pancasila sebagai norma dasar, gotong royong sebagai cara kerja kultural bangsa dengan prinsipnya persatuan tanpa diskriminasi karena kita multi etnik dan kultur dan itu adalah keharusan hingga rakyat sejahtera. Itu perlunya menziarahi makam beliau, sebagai penanda memulai perjuangan baru. Oleh sebab itu, kami mesakralkan fotogenik dan iconik Sukarno dibalut dalam siluent sebagai simbol organisasi,” tandasnya.

Berita Terkini