SEKUM ICMI Muda SUMUT : Pemimpin Adalah Representatif Dari Rakyatnya

Sekretaris UMUM ICMI Muda Sumatera Utara, Ismail Marzuki
Laporan  : Arda
MUDAnews, Medan (Sumut) – Hal yang mengejutkan sempat terjadi saat gelaran acara Mata Najwa di Gedung Serbaguna Provsu, Jumat (17/03/2017). Bagaimana tidak, penonton tiba-tiba menyoraki Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi saat diperkenalkan sebagai salah satu narasumber acara yang bertema “Kita Anti Korupsi” itu.
Kejadian ini juga memantik salah satu tokoh Muda di Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) Muda Sumut. Sekretaris ICMI Muda Sumut Ismail Marzuki cukup menyayangkan insiden itu. Bagi Ismail, tidak seharusnya publik menyoraki orang nomor satu di Sumut itu. Karena bagi dia, pemimpin adalah representatif dari rakyatnya, agar masyarakat lebih arif dan bijaksana dalam menanggapi insiden yang sudah tersebar di beberapa media massa itu. Terlepas dari berbagai isu skandal korupsi yang menyeret nama Tengku Erry dan istrinya Evi Diana Sitorus.
“Kita seharusnya arif menyikapinya. Apalagi Tengku Erry adalah pemimpin di Sumut,” katanya, Sabtu (18/3/2017). Ismail pun memberikan beberapa dalil dari Alquran yang tidak membenarkan mencela sesama umat muslim. “Pengumpat atau orang yang mencela adalah orang-orang tercela dan terlaknat sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut :
Artinya : “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.”  ( QS Al-Humazah 104 : 1 ).
Seringkali, dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memang suka kelewat batas karena melakukan sesuatu hal yang buruk namun terkadang tidak disadari. Mulut yang berfungsi sebagai alat berbicara juga makan dan minum ini sering disalah gunakan untuk menghina bahkan menjelek-jelekan orang lain. Ternyata sesuatu yang kita anggap biasa-biasa saja bisa berujung petaka kepada kita dan juga orang lain.
Pada dasarnya, ada pepatah yang mengatakan bahwa, diam itu emas. Bicaralah yang berguna dan seperlunya. Jangan berbicara yang akan dicatat sebagai perbuatan dosa, apalagi sampai menghina orang lain, karena belum tentu kita lebih baik dari mereka, apabila seorang pemimpin melakukan kesalahan, cukup diingatkan dan didoakan. Karena pemimpin juga seorang manusia yang punya khilaf dan salah. Oleh karena itu mari kita jaga lisan kita jangan kita kotori dengan perkataan-perkataan yang tidak perlu apalagi yang menambah perbendaharaan dosa kita selama hidup di dunia.
Ismail berharap insiden itu tidak terjadi , karena bisa semakin memperburuk citra Sumatera Utara di mata nasional, kedepan semoga tidak terjadi lagi bagaimanapun Tengku Erry adalah pemimpin Sumut, Pungkasnya.