Gerakan NII Lampung Menggeliat, Ken Setiawan: Waspadai Infiltrasi ke Sekolah dan Kampus

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Lampung Utara – Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, mengingatkan masyarakat akan bahaya kebangkitan jaringan NII di wilayah Lampung.

Menurut Ken, lembaganya menerima banyak laporan dari kalangan pelajar dan mahasiswa terkait aktivitas rekrutmen NII. Hal ini didasari status NII sebagai organisasi teroris berdasarkan putusan pengadilan, meskipun faktanya mereka masih aktif.

Meskipun telah dinyatakan sebagai organisasi teroris berdasarkan putusan pengadilan nomor: 12/Pen.Pid/2023/PN.Jkt, gerakan ini dikabarkan masih aktif dan merekrut anggota baru, termasuk di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Dalam keterangannya, Ken mengungkapkan bahwa NII, yang diproklamasikan oleh Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya, hingga kini masih memiliki ribuan jaringan aktif.

“Di Lampung saja, masih ada sekitar 4.000 jaringan NII yang tersebar. Ini belum termasuk kelompok pecahan seperti JI, JAD, dan Khilafatul Muslimin,” jelas Ken.

Kampus dan Sekolah Lapor ke NII Crisis Center

Ken mengaku menerima banyak laporan dari beberapa kampus dan sekolah di Lampung terkait aktivitas mencurigakan yang diduga terkait dengan gerakan NII.

Laporan ini datang dari tenaga pendidik maupun siswa yang merasa resah dengan penyebaran ideologi radikal di lingkungan pendidikan.

“Pelajar dan mahasiswa mulai menjadi sasaran. Mereka direkrut secara perlahan melalui pendekatan keagamaan dan komunitas belajar,” ujar Ken.

Lampung Jadi Favorit Persembunyian Teroris

Menurut Ken, Lampung telah lama menjadi tempat persembunyian favorit bagi kelompok radikal dan teroris. Ia mencontohkan penangkapan Upik Lawanga, pelaku Bom Bali yang berhasil ditangkap Densus 88 setelah bertahun-tahun bersembunyi di Lampung Tengah

“Lampung ini seperti barometer baru. Banyak pentolan jaringan teroris yang sembunyi di sini dan bisa hidup aman cukup lama,” tegas Ken.

Ia menjelaskan, faktor geografis dan sosial menjadi alasan utama. Lampung yang merupakan gerbang Pulau Sumatera memiliki aksesibilitas tinggi, sekaligus merupakan daerah multikultural yang dikenal toleran.

“Di satu sisi, toleransi masyarakat tinggi. Tapi, ini juga yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal karena lingkungan yang permisif dan tidak mudah curiga terhadap pendatang baru,” jelas Ken.

Sejarah Kelam Talangsari dan Faktor Ideologis-Biologis

Ken juga menyinggung peristiwa berdarah Talangsari di Lampung Timur yang menjadi catatan sejarah kelam keterlibatan NII.

Menurutnya, trauma sejarah ini seharusnya membuat masyarakat lebih waspada terhadap munculnya kembali ideologi serupa.

“Selain faktor ideologis, ada faktor biologis. Beberapa keturunan atau simpatisan lama masih ada dan belum sepenuhnya lepas dari pemahaman radikal,” ujarnya.

Imbauan untuk Masyarakat dan Aparat

Ken meminta masyarakat dan aparat di Lampung untuk tidak lengah dan segera melapor jika menemukan indikasi aktivitas NII di lingkungan mereka. Ia mengingatkan bahwa ancaman paling besar adalah ketika masyarakat merasa terlalu aman.

“Waspada itu penting. Jika kita merasa terlalu aman, justru itulah celah mereka untuk bergerak. Laporkan segera jika melihat tanda-tanda perekrutan atau penyebaran ideologi NII,” imbaunya.

Laporan dapat disampaikan ke aparat keamanan setempat atau langsung ke hotline NII Crisis Center di WhatsApp: 0898-5151-228 untuk mendapatkan pendampingan.***(Red)

Berita Terkini