Mudanews.com OPINI – Kriminalisasi Tom Lembong lebih kental upaya show of force daripada penegakan hukum. Vonis hukum 4,5 tahun menjadi produk politik sebuah kepentingan skandal perdagangan.
Pengungkapan korupsi yang tebang pilih melahirkan teror psikologis bagi para pelaku rasuah yang masih bebas. Ibarat amburadulnya fakta hukum kasus kebijakan impor gula saja bisa diatur, apalagi bagi mereka yang pernah korup alpa setoran “pengamanan”
Kilas balik kesalahan Tom Lembong cuma satu : Dia menjadi menteri di era otoriter yang dikemas dalam wajah innocent. Sebagian kita masih menganggap itulah era terbaik pengelolaan negara oleh seorang sosok murah senyum.
Tom diangkat menjadi menteri karena karir profesionalnya, bukan hadiah berbau kepentingan parpol. Kalau kemudian dihempaskan, kemungkinan dia dianggap bermasalah dengan salah satu parpol besar.
Lalu sebelum Tom membongkar kelakuan busuk parpol korup, buru-buru dibui agar nyanyiannya tidak bisa menjadi fakta hukum.
Sama seperti Sekjen Hasto.
Dia harus dikandangkan agar tidak membuka fakta yang tak terbantahkan siapa sebenarnya si Raja Jawa. Termasuk fakta ijazah.
Politik bukan siapa yang sedang berkuasa, tetapi siapa paling licik dialah yang selamat.
Itulah alasan mengapa saya memilih jadi penonton saja.
–
@Dahono Prasetyo
Dinaikkan mas