Negara dengan Kabinet Koruptor: Studi Zimbabwe Era Mugabe dan Pelajaran bagi Rakyat

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Drs. Muhammad Bardansyah.Ch.Cht

Mudanews.com-Opini | Sejarah mencatat beberapa negara yang seharusnya makmur justru hancur karena dipimpin oleh elit politik korup dan tidak bermoral.

Salah satu contoh terburuk adalah Zimbabwe di bawah pemerintahan Robert Mugabe (1980–2017). Kabinetnya dipenuhi koruptor, penipu, dan politisi bermasalah yang menggerogoti ekonomi negara hingga menyebabkan hiperinflasi, kelaparan, dan kehancuran sistemik (Meredith, 2002).

Kasus Zimbabwe menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dunia tentang bahaya memilih pemimpin yang tidak memiliki integritas.

𝐙𝐢𝐦𝐛𝐚𝐛𝐰𝐞: 𝐃𝐚𝐫𝐢 “𝐉𝐞𝐰𝐞𝐥 𝐨𝐟 𝐀𝐟𝐫𝐢𝐜𝐚” 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐠𝐤𝐫𝐮𝐭

Zimbabwe pernah dijuluki “Permata Afrika” karena tanahnya subur, kaya mineral, dan memiliki sektor pertanian maju. Namun, di era Mugabe, korupsi merajalela di semua lini pemerintahan.

𝐃𝐨𝐦𝐢𝐧𝐚𝐬𝐢 𝐊𝐨𝐫𝐮𝐩𝐭𝐨𝐫 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐚𝐛𝐢𝐧𝐞𝐭 𝐌𝐮𝐠𝐚𝐛𝐞

1. Ignatius Chombo – Menteri Keuangan yang menggelapkan dana negara dan terlibat skandal properti (Transparency International, 2010).
2. Saviour Kasukuwere – Menteri Pemuda yang menyelewengkan dana program pemuda untuk kepentingan pribadi (The Zimbabwe Independent, 2015).
3. Obert Mpofu – Menteri Pertambangan yang memiliki kekayaan tidak wajar dari eksploitasi tambang berlian (Global Witness, 2012).

𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐊𝐨𝐫𝐮𝐩𝐬𝐢 𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝐦𝐚𝐭𝐢𝐬

– Hiperinflasi mencapai 89,7 sextillion persen (2008)—uang Zimbabwe menjadi tidak bernilai (Hanke & Kwok, 2009).
– Pengangguran melonjak hingga 90% akibat kolapsnya industri dan pertanian (World Bank, 2016).
– Reforma tanah korup yang mengusir petani kulit putih tanpa kompensasi justru merusak produksi pangan (Richardson, 2005).

𝐀𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐃𝐢𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐌𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐏𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧?

Agar tidak terulang seperti Zimbabwe, masyarakat harus kritis dalam memilih pemimpin. Berikut kriteria yang harus diperhatikan:
1. Rekam Jejak yang Jelas dan Transparan
– Hindari calon pemimpin yang pernah terlibat korupsi, penipuan, atau pelanggaran hukum.
– Periksa latar belakang karirnya—apakah pernah memimpin dengan baik atau justru merugikan rakyat?

2. Tidak Memiliki Kekayaan yang Tidak Wajar
– Jika seorang politikus tiba-tiba menjadi sangat kaya tanpa sumber pendapatan jelas, ini tanda bahaya.
– Contoh: Obert Mpofu di Zimbabwe yang memiliki aset mewah tanpa penjelasan legal (Global Witness, 2012).

3. Tidak Menebar Kebencian atau Politik Pecah Belah
– Pemimpin yang baik mempersatukan, bukan mengadu domba rakyat demi kekuasaan.
– Mugabe menggunakan retorika rasialis untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan pemerintahannya (Meredith, 2002).

4. Memiliki latar akademik yang jelas
– Pemimpin harus punya latar belakang Akademik yang jelas , walau tidak bergelar Doktor, tetapi setidaknya memiliki Pendidikan dari sekolah tinggi, sehingga mempunyai Visi yang tepat untuk membangun negeri karena punya pengalaman intelektual semasa kuliah.
– Pernah punya pengalaman memimpin organisasi dengan jejak yang baik, karena jika dia tidak pernah memimpin sebuah organisasi, bagaimana dia bisa membangun negeri

5. Memiliki Visi Nyata, Bukan Sekadar Janji Kosong
– Calon pemimpin harus memiliki program konkret, bukan hanya retorika.
– Zimbabwe gagal karena kebijakan ekonomi Mugabe tidak berbasis data, hanya kepentingan politik (Richardson, 2005).

6. Mendukung Sistem Check and Balances
– Pemimpin yang baik tidak menghancurkan lembaga anti-korupsi atau pengadilan.
– Mugabe membubarkan oposisi dan media kritis untuk melindungi korupsi di pemerintahannya (Transparency International, 2010).

𝐊𝐞𝐬𝐢𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧: 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐋𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐬

Zimbabwe adalah contoh nyata bagaimana pemimpin korup dapat menghancurkan negara kaya dalam waktu singkat. Masyarakat harus belajar dari kesalahan ini dengan:

1. Memilih berdasarkan rekam jejak, bukan janji atau popularitas semata.
2. Menolak politikus yang terlibat korupsi, meski berpengaruh.
3. Mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.

Hanya dengan pemimpin yang bersih dan kompeten, sebuah negara bisa maju dan sejahtera.

Daftar Pustaka
1. 𝘎𝘭𝘰𝘣𝘢𝘭 𝘞𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴. (2012). 𝘋𝘪𝘢𝘮𝘰𝘯𝘥𝘴: 𝘈 𝘨𝘰𝘰𝘥 𝘥𝘦𝘢𝘭 𝘧𝘰𝘳 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦?
𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘨𝘭𝘰𝘣𝘢𝘭𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴.𝘰𝘳𝘨

2. 𝘏𝘢𝘯𝘬𝘦, 𝘚. 𝘏., & 𝘒𝘸𝘰𝘬, 𝘈. 𝘒. 𝘍. (2009). 𝘖𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘦𝘢𝘴𝘶𝘳𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘰𝘧 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦’𝘴 𝘩𝘺𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘧𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯. 𝘊𝘢𝘵𝘰 𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘢𝘭, 29(2), 353-364.

3. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘥𝘪𝘵𝘩, 𝘔. (2002). 𝘖𝘶𝘳 𝘷𝘰𝘵𝘦𝘴, 𝘰𝘶𝘳 𝘨𝘶𝘯𝘴: 𝘙𝘰𝘣𝘦𝘳𝘵 𝘔𝘶𝘨𝘢𝘣𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦 𝘵𝘳𝘢𝘨𝘦𝘥𝘺 𝘰𝘧 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦. 𝘗𝘶𝘣𝘭𝘪𝘤𝘈𝘧𝘧𝘢𝘪𝘳𝘴.

4. 𝘙𝘪𝘤𝘩𝘢𝘳𝘥𝘴𝘰𝘯, 𝘊. 𝘑. (2005). 𝘛𝘩𝘦 𝘭𝘰𝘴𝘴 𝘰𝘧 𝘱𝘳𝘰𝘱𝘦𝘳𝘵𝘺 𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦 𝘤𝘰𝘭𝘭𝘢𝘱𝘴𝘦 𝘰𝘧 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦. 𝘊𝘢𝘵𝘰 𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘢𝘭, 25(3), 541-565.

5. 𝘛𝘩𝘦 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦 𝘐𝘯𝘥𝘦𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘵. (2015, 𝘑𝘶𝘯𝘦 12). 𝘒𝘢𝘴𝘶𝘬𝘶𝘸𝘦𝘳𝘦 𝘪𝘯 𝘴𝘩𝘢𝘥𝘺 𝘺𝘰𝘶𝘵𝘩 𝘧𝘶𝘯𝘥 𝘥𝘦𝘢𝘭𝘴. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘵𝘩𝘦𝘪𝘯𝘥𝘦𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘵.𝘤𝘰.𝘻𝘸

6. 𝘛𝘳𝘢𝘯𝘴𝘱𝘢𝘳𝘦𝘯𝘤𝘺 𝘐𝘯𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭. (2010). 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦: 𝘎𝘳𝘢𝘯𝘥 𝘤𝘰𝘳𝘳𝘶𝘱𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘪𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘥 𝘥𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪𝘣𝘶𝘵𝘪𝘰𝘯. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘱𝘢𝘳𝘦𝘯𝘤𝘺.𝘰𝘳𝘨

7. 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘉𝘢𝘯𝘬. (2016). 𝘡𝘪𝘮𝘣𝘢𝘣𝘸𝘦 𝘦𝘤𝘰𝘯𝘰𝘮𝘪𝘤 𝘰𝘶𝘵𝘭𝘰𝘰𝘬: 𝘊𝘩𝘢𝘭𝘭𝘦𝘯𝘨𝘦𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘰𝘱𝘱𝘰𝘳𝘵𝘶𝘯𝘪𝘵𝘪𝘦𝘴. 𝘩𝘵𝘵𝘱𝘴://𝘸𝘸𝘸.𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥𝘣𝘢𝘯𝘬.𝘰𝘳𝘨
Dengan belajar dari Zimbabwe, kita dapat mencegah sejarah kelam terulang di negara lain. Pemimpin yang baik lahir dari masyarakat yang kritis dan berani menuntut perubahan.

Berita Terkini