Mudanews.com Jakarta, November 2025 | Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 akan mencapai 5,3%, sedikit lebih rendah dibandingkan target pemerintah dan DPR sebesar 5,4%. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, proyeksi ini mencerminkan kehati-hatian di tengah dinamika global dan fokus BI menjaga stabilitas makroekonomi.
Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Perry menyebutkan bahwa pada kuartal III-2025, ekonomi nasional tumbuh 5,04% (yoy), sedikit melambat dibanding kuartal sebelumnya. Namun, pada kuartal IV-2025, pertumbuhan diperkirakan akan meningkat seiring dengan kenaikan konsumsi masyarakat, stimulus fiskal pemerintah, dan belanja akhir tahun.
“Pertumbuhan 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 4,7–5,51%, dengan titik tengah 5,1%. Tahun depan akan meningkat menuju kisaran 5,3%,” ujar Perry.
Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
Dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2026, BI menargetkan rata-rata inflasi 2,62%, sedikit lebih tinggi dari target 2025 yang sebesar 2,50%. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran Rp16.430 per dolar AS, melemah dibanding asumsi 2025 sebesar Rp15.285 per dolar AS, namun masih dalam batas wajar.
“Target inflasi 2026 tetap dalam kisaran sasaran 2,5 ± 1%, mencerminkan keseimbangan antara stabilitas harga dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.
Perry juga menegaskan bahwa BI belum akan memulai redenominasi rupiah. “Kami fokus pada stabilitas, bukan penyederhanaan nominal. Redenominasi butuh waktu dan momentum yang tepat,” ujarnya.
Pertumbuhan Didukung Konsumsi dan Ekspor
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan III 2025 mencapai Rp6.060 triliun (harga berlaku) dan Rp3.444,8 triliun (harga konstan 2010). Pertumbuhan ekonomi 5,04% (yoy) ditopang oleh ekspor barang dan jasa yang tumbuh 9,91%, serta konsumsi rumah tangga 4,89% (yoy).
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Pendidikan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi 10,59%, disusul jasa perusahaan dan pengadaan listrik dan gas. Sementara secara spasial, Pulau Jawa tetap menjadi motor utama dengan kontribusi 56,68% terhadap PDB nasional, diikuti Sulawesi (5,84%), Sumatera (4,90%), dan Kalimantan (4,70%).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, capaian tersebut menunjukkan fundamental ekonomi nasional yang tangguh.
“Pertumbuhan ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang solid, investasi yang meningkat, serta kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi dengan baik,” ujarnya.
Indonesia Masih Jadi “Bright Spot” di Dunia
Laporan IMF juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu “bright spot” ekonomi global. Pertumbuhan Indonesia 5,04% (yoy) lebih tinggi dibanding Tiongkok (4,8%), Singapura (2,9%), dan Korea Selatan (1,7%).
Kinerja positif ini turut diperkuat oleh cadangan devisa USD148,7 miliar, inflasi terkendali di 2,86% (yoy), dan realisasi investasi hingga Rp1.434,3 triliun, tumbuh 13,7% (yoy).
Isu Industri: 24 Perusahaan Terkontaminasi Cs-137
Di tengah optimisme ekonomi, isu keselamatan industri mencuat setelah 24 perusahaan di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, dinyatakan terkontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137).
Dirjen ILMATE Kemenperin, Setia Diarta, menyebutkan bahwa perusahaan yang terpapar berasal dari berbagai sektor, mulai dari peleburan logam, pengelola limbah B3, hingga industri makanan. Dua nama besar yang disebut dalam daftar adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dan PT Nikomas Gemilang, pabrik sepatu pemasok Nike dan Adidas.
Meski demikian, pemerintah menyatakan seluruh perusahaan telah selesai didekontaminasi.
Menanggapi hal itu, Menko Pangan Zulkifli Hasan enggan berkomentar dan melempar isu tersebut ke Kementerian Pertanian. Sementara itu, Ketua Umum KSPI Jumhur Hidayat menegaskan bahwa perusahaan dan pemerintah harus bertanggung jawab.
“Perusahaan wajib menanggung seluruh biaya pengobatan pekerja, dan pemerintah harus memastikan perlindungan tenaga kerja dari bahaya biologis maupun radioaktif,” tegasnya. KSPI juga mendesak pemerintah meratifikasi standar perburuhan internasional terkait keselamatan kerja.
Menjaga Momentum Pertumbuhan
Pemerintah berkomitmen mempertahankan momentum pertumbuhan melalui belanja negara yang akseleratif, program perlindungan sosial bagi 35 juta keluarga penerima manfaat, serta stimulus konsumsi menjelang Natal dan Tahun Baru.
Sejumlah proyek hilirisasi juga terus didorong, termasuk pabrik petrokimia terintegrasi PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon senilai USD4 miliar yang akan diresmikan pada November 2025.
“Dengan kebijakan yang adaptif dan inklusif, kami yakin ekonomi Indonesia tetap tumbuh berkelanjutan di tengah ketidakpastian global,” tutup Airlangga.
📰 Editor: Suratmin
Reporter: Redaksi Mudanews.com
Sumber: BI, BPS, Kemenko Perekonomian, Kemenperin, KSPI

