Harga Komoditas Pangan Mahal, Pedagang Kuliner Kaki Lima Menjerit

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga kebutuhan pokok belakangan yang sulit turun sudah membuat banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menderita. Dari beberapa pedagang sayur matang, sarapan pagi, atau kuliner kaki lima secara langsung mempertanyakan kepada saya terkait kesulitannya tersebut. Dari beberapa masukan yang saya terima adalah kesulitan pedagang dalam mencari keuntungan.

“Memang dari pantauan kita dilapangan, harga sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Cabai merah sepekan terakhir berada di atas 40 ribuan per Kg. bahkan harga yang berada di atas 40 ribu sudah berlangsung cukup lama. Cabai rawit saat ini juga masih dikisaran 60 ribuan per Kg. Dan ekspektasi kita terkait dengan kemungkinan penurunan harga cabai meleset,” imbuh Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (6/2/2021).

Di akhir pekan sebelumnya, jelas Benjamin, harga cabai sempat turun tajam. Namun, sayangnya penurunan tersebut berlangsung sesaat. Dari survey di sejumlah pedagang besar, mereka menyatakan pasokan cabai dari luar wilayah Sumut khususnya Takengon Aceh mengalami penurunan. Termasuk juga cabai dari indrapura juga mengalami penurunan penjualan di wilayah Medan. Diduga pemicunya adalah permintaan dari pembeli di wilayah Riau dan sekitarnya.

“Selain itu, harga daging ayam juga sulit untuk turun di bawah 33 ribu per Kg. Di tingkat pedagang pengecer harga daging ayam di kisaran 35 ribu per Kg. Ditambah lagi harga sayur-sayuran yang juga mengalami kenaikan sangat tajam. Sawi putih, terong ungu, eortel, kol, kacang panjang, bayam, daun singkong dan sejumlah komoditas sayur-sayuran bertahan mahal,” jelas Benjamin.

Kenaikanya bahkan ada yang mencapi 3 kali lipat dari harga normalnya. Ini yang menjadi kendala sejumlah pedagang kuliner kelas kecil ke bawah. Karena daya beli masyarakat itu belakangan juga belum mengalami pemulihan. Sehingga memberikan dampak pada penurunan keuntungan yang harus mereka dapatkan.

“Sementara, untuk kenaikan harga komoditas tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari sejumlah faktor. Mulai dari cuaca, kenaikan biaya produksi akibat bahan baku yang kian mahal, masalah gangguan distribusi akibat PPKM, bencana alam seperti banjir dan gunung meletus, yang pada dasarnya tidak terlepas dari pandemic Covid-19,” jelas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini