Sri Mulyani Baru Ungkap Kalau Indonesia Resesi, Kredibilitas Pemerintah Dipertanyakan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Saat pandemic mulai memaksa pemerintah untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kisaran bulan maret. Ada satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para ahli serta pembuat kebijakan termasuk pemerintah, yakni meletakkan dasar asumsi bahwa pandemi Covid akan menemui titik puncaknya 3 bulan yang akan datang.

“Yang saya hitung rata rata seperti itu, dimana banyak ahli memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 ini akan menemui titik puncak selama 3 bulan, dan akan berakhir di 6 bulan selanjutnya. Pada saat pemerintah meletakkan dasar asumsi seperti itu, maka serangkaian kebijakan ekonomi pun dibuat sesuai dengan perkiraan tersebut,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Jumat (2/10/2020).

Namun ternyata, sampai hari ini pun, pandemi corona belum menunjukan akan bergerak turun. Jumlah pasien terus mengalami peningkatan dan kapan pandemi berakhir juga masih jadi pertanyaan besar.

“Berulang kali sikap optimis pemerintah terkait dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dibuat. Namun sayangnya, menjelang akhir kuartalan, pemerintah merevisi ekspektasi pertumbuhannya. Bahkan di angka yang paling buruk atau paling pesimis,” beber Gunawan.

Selain itu, pernyataan Bu Sri Mulyani kerap menjadi acuan kita dalam meletakkan sejumlah landasan, dan tentunya akan didengarkan oleh masyarakat. Memang pada dasarnya sikap optimis dibutuhkan oleh pemangku kebijakan. Dan masyarakat tentunya juga berharap pada mereka yang optimis dalam membangun bangsa ini.

“Nah pertanyaannya mengapa pemerintah seakan menutupi kemungkinan buruk di masa yang akan datang?. Karena tidak mungkin pemerintah tidak memiliki tenaga ahli dibandingkan ekonom-ekonom yang lebih banyak mengajar ketimbang menelurkan kebijakan. Nah, kalau jawabannya adalah agar masyarakat bisa lebih tenang. Jawaban itu jelas sangat masuk akal,” ujarnya.

Dia mengatakan, terlebih kalau masyarakat dihantui rasa takut. Maka akan ada tindakan-tindakan yang bisa menimbulkan krisis. Salah satunya adalah terjadinya rush pada perbankan. Akan tetapi pemerintah juga harus menyadari, resikonya adalah masyarakat menjadi kurang percaya dengan pernyataan yang dikeluarkan. Salah satunya dari para menteri.

Memang, sambung Gunawan, Pemerintah bisa saja bersikap optimis dengan meletakkan dasar asumsi pertumbuhan bagus atau pernyataan “kita bakal keluar dari resesi”.

“Karena pemerintah punya kebijakan anggaran yang bisa dipergunakan untuk menciptakan pertumbuhan seperti yang diharapkan. Dan disini saya menilai pemerintah dalam posisi yang benar. Namun, mohon maaf sekali lagi, masyarakat merekamnya,” jelas Gunawan .

Gunawan mengungkapkan, masyarakat awam tidak akan menilai sedalam ini. Mereka hanya menilai dari apa yang diucapkan pemerintah. Saya menilai ini hanya masalah komunikasi. Saya yakin diatas masih ada orang orang hebat yang bisa melakukan banyak hal demi bangsa ini.

“Jika menteri keuangan mendapat predikat sebagai Menkeu terbaik dunia. Nah saat ini kemampuan Bu Menteri tengah diuji. Dari sekian banyak asumsi yang dibuat oleh para ekonom atau pemerintah. Kerap ekspektasi yang dibuat selalu mengabaikan variabel yang tak terlihat. Seperti salah satunya bencana, baik bencana alam maupun bencana penyakit seperti sekarang,” lanjut Gunawan.

Walaupun sekali lagi ini bukan variabel yang dapat diprediksikan. Tetapi sehebat apapun manusia membuat perkiraan. Tetap ada yang lebih hebat dari itu semua, yakni takdir Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Jadi sudah sepantasnya saat kita memberikan proyeksi, kita semua harus lepas dari rasa jumawa, dan memang diniatkan untuk suatu hal yang baik bagi bangsa dan negara ini,” tutupnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini