Tuntutan Nasabah Asuransi, Kala Pasar Keuangan Tengah Tidak Bersahabat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Di tengah kondisi pasar keuangan yang serba sulit dan cenderung dibawah tekanan seperti ini. Sudah bisa diperkriakan akan ada banyak perusahaan asuransi yang kesulitan dalam memenuhi likuiditasnya. Meskipun tidak semua mengalami masalah serupa, tetapi di tengah ancaman resesi seperti saat ini, lembaga keuangan akan berhadapan dengan kesulitan yang tidak jauh berbeda.

“Terkait dengan aksi demonstrasi puluhan nasabah asuransi AJB Bumiputera di Surabaya, serta kaitannya dengan nasabah di wilayah lain. Saya yakin semua nasabah di wilayah manapun akan mengalami masalah yang sama. Jadi kalau ditanya kemungkinan akan adanya aksi serupa di wilayah lain, maka jawabannya ya kemungkinan itu memang ada,” jelas Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (9/9/2020).

Saat ini memang likuiditas lagi dibutuhkan oleh masyarakat kita. Jumlahnya tergantung dari kebutuhan masing-masing. Namun masalahnya adalah kondisi keuangan masyarakat kita juga bermasalah saat ini. Banyak yang berkurang pendapatan atau bahkan tidak memiliki pendapatan sama sekali. Jadi ketersediaan uang cash benar-benar menjadi kebutuhan mendesak.

“Terlebih kalau dihadapkan dengan kemungkinan resesi yang akan terjadi nantinya. Jadi tuntutan nasabah tersebut wajar. Karena disaat mereka kesulitan likuiditas, maka mereka akan mencairkan aset-aset yang mereka miliki. Termasuk investasi yang dibenamkan di Bumiputera. Tetapi sisi lainnya adalah, kemampuan perusahaan dalam memenuhi klaim nasabah juga tidak bisa diharapkan akan terealisasi segera,” bebernya.

Terlebih kalau dana kelolaan nasabah itu banyak disimpan diinstrumen pasar keuangan yang memang tengah berkinerja buruk belakangan ini. Katakanlah saham, obligasi, reksadana atau instrument keuangan lainnya. Bahkan untuk instrumen yang memberikan pendapatan tetap juga memberikan imbal hasil yang mengalami penurunan belakangan ini. Belum lagi kerugian yang diakibatkan oleh penurunan kinerja dari portfolio yang disimpan.

“Belum lagi kasus gagal bayar perusahaan asuransi lain seperti WanaArtha life. Dimana ada pemblokiran rekening efek milik perusahaan, sehingga berpotensi membuat aset lancar yang dimiliki perusahaan asuransi tersebut tidak bisa dicairkan. Alhasil, cashflow terganggu dan memicu terjadinya gagal bayar ke nasabah. Dan saat ini masih banyak perusahaan asuransi lain yang juga mengalami gangguan yang sama,” lanjutnya.

Tetapi dengan tingkat kesulitan masalah yang berbeda beda. Pada dasarnya tergantung dari pengelolaan aset dimasing-masing perusahaan asuransi. Tetapi tidak mungkin isi dapurnya bisa kita dapatkan secara gamblang, sehingga semua pihak bisa mengukur kinerja perusahaan asuransi. “Dan solusi yang diminta oleh nasabah, saya yakin tidak semudah itu dapat direalisasikan, karena ada begitu banyak fektor negatif yang membuat perusahaan asuransi bisa memenuhi tuntutan nasabah,” ujarnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini