Sumut Alami Inflasi, Ini Bukan Pertanda Baik, Sumut Tetap Terancam Resesi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Tidak seperti rilis inflasi nasional yang justru mengalami deflasi. Sumut pada rilis BPS di awal September membukukan kinerja inflasi sebesar 0.06%. Angkanya tidak berbeda jauh dari ekspektasi sebelumnya. Dan jangan disimpulkan bahwa Sumut akan keluar dari resesi nantinya. Tentunya kita semua berharap bahwa Sumut mampu keluar dari resesi, itu doa kita semua. Tetapi kita juga harus rasional dalam melihat fakta yang tersaji di lapangan.

“Inflasi di Sumut saat ini dipengaruhi oleh kenaikan harga cabai dan emas. Cabai naik setelah dibulan sebelumnya harga cabai sangat rendah. Petani enggan turun ke lading, banyak lahan yang terpaksa tidak diurus karena tidak mampu menutup biaya operasional, karena banyak harga cabai di tingkat petani kala itu dibawah harga pokok penjualan atau BEP yang dikisaran 12 ribuan per Kg,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Selasa (1/9/2020).

Alhasil, cabaipun merangkak naik. Namun begitu kenaikan harga cabai di Sumut lebih tinggi dari rata rata harga diluar wilayah lain, Sumut pun dibanjiri cabai dari luar khususnya dari pulau jawa. Alhasil harga cabai sekalipun sempat bertahan mahal dan seharusnya terdongkrak karena ada erupsi, ternyata cabai belakangan harganya kembali turun.

“Kalau berbicara data 3 bulan terakhir. Cabai rawit sempat dijual di kisaran 12 ribuan hingga 16 ribuan, lantas meroket hingga ke 34 ribuan, bahkan sempat 55 ribuan. Namun sekarang dijual di kisaran 23 ribuan per Kg. Cabai merah juga sama, sempat 16 ke 18 ribuan, naik ke 33 ribuan, dan saat ini dikisaran 19 hingga 21 ribu per Kg,” ujar Gunawan.

Jadi bukan karena tingginya permintaan atau demand, tetapi harga naik karena stok sempat terganggu. Dan untuk harga emas, memang sempat meroket diatas 1 juta bahkan sempat di level 1.1 juta per gram. Tetapi ingat emas, naik bukan karena masyarakat yang berbondong bondong membeli emas. Tetapi emas dunia memang lagi naik tajam sebelumnya.

“Saat ini harga emas turun di kisaran 920 ribuan per gram. Dan bukan karena masyarakat yang rame-rame menjual emasnya. Jadi tidak bisa disamakan dengan ekonomi nasional yang deflasi selama dua bulan berturut turut lantas disimpulkan dekat dengan resesi, dank arena SUMUT inflasi lantas SUMUT selamat dari resesi. Sumut justru lebih dulu mengalami deflasi yang beruntun sebelum agustus,” jelasnya.

“Sumut tetap berpeluang resesi, mengacu kepada hitungan saya pertumbuhannya itu sejauh ini paling buruk minus 0.8% di kuartal ketiga. Yang penting kita bersiap saja dengan segala kemungkinan terburuk. Jangan lantas mengkaitkan data-data atau kabar yang relevansinya itu tidak sesuai,” jelas Gunawan Benjamin. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini