Intip Program Food Estate di Humbang Hasundutan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Food Estate merupakan suatu daerah yang ditetapkan sebagai lumbung pangan baru di Indonesia. Program yang sangat progresif tapi perlu dipoles sedikit untuk menaikkan kemungkinan suksesnya!

Tanaman apa yang bisa mendatangkan keuntungan 15 sd 25 juta per bulan per ha? Mungkin ada. Bayam, kemangi, kangkung. Tetapi kalau 31.000 ha tanam bayam, siapa yang beli bayam sebanyak itu?

Andai kita memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke petani, pasti mereka akan ambil. Semuanya! Tetapi, apakah mereka pasti akan berhasil?

Masalah pertanian kita, yang semi manual membuat hasil tidak optimal, Harga Pokok Penjual (HPP) tinggi. Belum lagi tata niaga hasil pertanian yang tidak pasti. Artinya hasil panen bagus, harga belum tentu memuaskan, apalagi kalau hasil pertaniannya tidak optimal?

Ide untuk mengaktifkan lahan tidur itu sangat bagus. Petani di daerah seputaran Danau Toba sedikit dan kebanyakan bukan orang muda. Bila pemerintah hanya menyediakan traktor untuk membajak tanah, masih diperlukan tenaga kerja yang sangat banyak untuk menanam, merawat dan memanen lahan 31.000 ha.

Tanaman yang bisa ditanam besar-besaran itu jagung dan padi. Padi perlu irigasi. Lahan di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara tidak mungkin dibuatkan irigasi. Berarti hanya mungkin untuk jagung. Jagung bisa dimekanisasi, dari penanaman, penyemprotan, pemupukan sampai pemanenan.

Tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah petani disana. Kentang, ubi jalar juga bisa. Tapi tata niaga kentang dan ubi jalar harus jelas. Penerima ubi jalar ada di Humbang sudah belasan tahun. Harga fix. Ubi jalar bisa ditanam 1000 sampai 2000 ha. Hasilnya untuk ekspor ke Jepang. Kentang dipelopori indofood. Harga relatif tinggi, 6000 per kg. Tapi diterima di pabrik mereka di jawa. Resiko rusak di perjalanan dan sortir malah menjadi momok bagi pengumpul. Ada yang pernah mencoba. Barang disortir setengah, bahkan biaya sortir dan membuang kentang yang rusak dibebankan ke petani. Bukan untung, buntung.

Lalu apa yang perlu pemerintah lakukan? Sebaiknya serahkan pada swasta sebagian lahan. Swasta yang bagaimana? Yang berkepentingan, berpengalaman (mengolah industri pertanian) dan yang mau mengerjakan sendiri, dengan syarat harus pertanian modern, dengan mekanisasi dan teknologi! Merekalah yang bakalan menjadi contoh kasus sukses bagaimana menerapkan teknologi sehingga pertanian disebut industri pertanian! Mereka bisa menjadi Inti dan masyarakat menjadi Plasmanya!

Mereka yang menguasai know how nya, mereka juga yang bisa memastikan bahwa mereka bakalan sukses! Dari kesuksesan merekalah, kita berharap semua lahan tidur ini, yang bisa jadi ada ratusan ribu ha, akan produktif kembali. Jangan lihat besarnya perusahaan tapi penguasaan teknisnya.

Program pemerintah nantinya akan menyesuaikan dengan kebutuhan mesin-mesin mekanisasi dan teknologi. Juga dengan orang yang mengerti memakai dan mengoperasikan. Barulah petani-petani akan lebih mandiri untuk menjadi petani modern!

Artinya, teknologi dari pemerintah, petani yang punya lahan. Yang kita khawatirkan, mesin-mesin yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan. Teknologi hanya sosialisasi tanpa dimengerti. Maka belajar dari orang-orang yang benar-benar mengerti sangat Penting. Orang-orang ini, tidak harus profesor pertanian. Tapi yang sudah berpengalaman, bukan setahun dua tahun.

Di Samosir, sudah ada ribuan ha dikerjakan dengan mekanisasi dan teknologi. Lahan yang dulunya sabana, belukar dan gersang, sudah jadi lahan jagung. Seperti karpet indah. Mungkin kita bisa mengundang mereka?

Mimpi kita sama dengan Pak Luhut Binsar Panjaitan. Sama persis. Kita ingin petani sejahtera. Kita ingin lahan tidur produktif. Kita ingin Indonesia mandiri pangan. Kita sama-sama cinta Indonesia. Sangat.

Mudah-mudahan program Food Estate ini menjadi tonggak bangkitnya Industri Pertanian Indonesia!!!

Merdeka, Merdeka, Merdeka!!!

Penulis : Sugianto Makmur
(Anggota DPRD Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini