Pasar Keuangan Dilanda Profit Taking

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Setelah sempat menyentuh level 5.000, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG justru berbalik arah. IHSG yang selama sesi 1 mengalami penguatan meskipun gagal mempertahankan level 5.000 nya. Di sesi 2 justru IHSG berbalik tertekan dan ditutup melemah di level 4.9176,70. Dalam satu hari perdagangan ini, IHSG berayun 100 poin lebih, dari yang semula sempat menyentuh 5.013, berbalik tertekan dan sempat menyentuh level 4.903.

“Kinerja mata uang Rupiah juga demikian, Rupiah seharian justru berada di zona merah. Setelah kemarin sempat menguat di level 14.095. Rupiah justru sempat terpuruk di level 14.160, namun berbalik arah menjelang sesi perdagangan sore. Tepat saat IHSG ditutup, rupiah justru bertengger di kisaran 14.095 per US Dolar,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin, Kamis (4/6/2020).

Benjamin menerangkan, baik IHSG dan Rupiah sama sama bergerak volatile pada perdagangan hari ini. Tidak bisa dipungkiri, tren kenaikan IHSG yang terjadi selama sepekan terakhir membuat pasar keuangan rawan terjadi aksi profit taking.

“Saya menilai selain level psikologis yang sulit untuk di lewati. Sejumlah masalah lain yang muncul adalah  kemungkinan aksi profit taking dikarenakan pasar sudah mengkompensasi skema new normal tersebut. Artinya, jika New Normal diterapkan, bukan tidak mungkin pelaku pasar akan melakukan aksi jual, yang nantinya bisa berdampak pada penurunan kinerja pasar keuangan,” kata dia.

Ini yang seharusnya diwaspadai, jelas dia, karena pelaku pasar itu kerap memiliki jargon “buy on rumor, sell on news”. Artinya saat sebuah kebijakan tengah direncanakan, pelaku pasar terlebih dahulu mengambil posisi beli. Namun begitu siap dilaksanakan, pelaku pasar langsung menjualnya. Jadi waspadai aksi profit taking.

“Kenapa?, karena pada dasarnya fundamental ekonomi belum sepenuhnya pulih. Yang ada saat ini adalah sebuah kemungkinan ataupun harapan akan adanya pemulihan ekonomi saat new normal nanti. Ini masih ekspektasi, bukan realisasi, jadi jangan terlalu berlebihan dalam menyikapi new normal. Harus berhati-hati, karena kalau tidak kita bisa rugi,” jelas Benjamin. Berita Medan, Fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini