Tekanan Pasar Keuangan Besar, Jangan Melulu Andalkan IMF

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Pandemic corona memang bukan hanya berdampak buruk bagi dunia kesehatan saja. Lebih dari itu, corona juga telah membuat perekonomian di sejumlah negara harus terpangkas dengan penyebaran corona tersebut. Corona menjadi masalah mendasar yang mulai menggerogoti fundamental ekonomi.

“Saat ini, banyak negara yang mengalami tekanan pada mata uangnya akibat tingginya capital outflow. Salah satunya ada di Indonesia. Dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami tekanan uang keluar yang terlihat dari aksi jual asing di pasar saham dan surat hutang, serta melemahnya rupiah yang saat ini di level 16.100-an per US dolar. Padahal belum lama ini mata uang Rupiah  masih mampu stabil dikisaran 13.700 hinga 14 ribu per US Dolar. Sebelum corona mewabah dan dijadikan pandemic,” jelas Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu (28/3/2020).

Namun belakangan, Rupiah terus mengalami pelemahan dan sempat menembus level 17 ribu per US dolarnya. Kondisi capital outflow yang berlangsung tersebut memang sangat mengkuatirkan sistem keuangan dinegara manapun. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah dimana sebenarnya capital outflow itu akan mengalir.

“Sejauh ini, semua negara di dunia tengah berhadapan dengan masalah penyakit yang sama, yang akan memberikan resiko besar bagi ekonomi di negara tersebut termasuk tekanan capital outflow itu tadi. Jadi, sekalipun mata uang Rupiah mengalami pelemahan, saya menilai apa yang terjadi saat ini berlaku jamak di semua negara di dunia,” ujarnya.

Selama tekanan terhadap harga kebutuhanpangan tidak terjadi, meskipun terjadi capital outflow yang besar belakangan ini. Maka kita masih belum membutuhkan IMF dalam menghadapi situasi sulit seperti ini. Terlebih CDS (currency default swap) 5 tahun di akhir bulan ini mengalami penurunan ke 181 bps, setelah sempat menyentuh 239 BPS di bulan ini.

“Meskipun asing selama tahun berjalan telah membukukan posisi jual bersih sebesar 140 trilyun, baik di pasar saham maupun surat berharga negara. Tetapi sekali, krisis ekonomi global yang dikatakan oleh IMF memang benar. Tetapi kita belum bisa sepenuhnya dikatakan masuk dalam krisis ekonomi. Banyak terminlogi yang berbeda memang,” jelas Benjamin.

Namun stabilitas ekonomi nasional sejauh ini masih mampu untuk bertahan setidaknya berhadapan dengan tekanan pasar keuangan. Dan memang harus kitra akui bahwa kedepan kita juga akan berhadapan dengan penyebaran corona yang sangat potensial membuat ekonomi di tanah air bisa saja masuk ke dalam kubangan krisis.

“Akan tetapi, selama fundamental negara lain juga bermasalah. Saya yakin capital outflow tidak terjadi, dan jika pengendalian corona ini berjalan baik. Saya yakin asing masih akan kembali dan capital outflow akan berakhir. Saya yakin baik pasar saham maupun pasar keuangan secara keseluruhan masih akan berpeluang dipergangkan hijau. Termasuk Rupiah yang juga berpeluang menguat,” katanya.

Benjamin menerangkan, jadi belum saatnya kita membutuhkan bantuan International Monetary Fund (IMF). Meskipun opsi tersebut ditengah kondisi seperti ini perlu dipertimbangkan. Jadi kita berusaha dengan kemampuan yang kita miliki terlebih dahulu. Usulan mencari bantuan IMF hanya sebagai ide cadangan disaat semua upaya sudah sia-sia dan ekonomi sulit untuk diselamatkan. Berita Medan, fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini