Saran untuk Sri Mulyani Indrawati dan Bossman Mardigu WP

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Nasehat guru manajemen Peter F Drucker dalam buku Masyarakat Pasca Kapitalis (terjemahan). Saran itu berkaitan dengan kompleksitas sistem ekonomi kapitalis yang mendunia.

Ditujukan kepada kedua orang itu tentu bukan tanpa maksud. Karena keduanya tempat saya belajar memahami, bagaimana seharusnya ekonomi bergerak. Keduanya guru imajiner jarak jauh.

Kepada Sri Mulyani Indrawati (SMI) kita akhirnya paham gagasan dan narasi, sekuritisasi yang diusung Presiden Jokowi murni dari kepakaran beliau Sri Mulyani yang bergelar menteri keuangan terbaik.

Dalam kesempatan ini, sangat jauh saya mengkritik kedua “guru imajiner”itu. Tidak ada kompetensi. Namun saya kebetulan saja membaca sekuritisasi aset lebih dulu dari Presiden Jokowi.

Kebetulan Kebetulan Ilmiah

Ada tiga kebetulan ilmiah yang saya catat. Pertama, naiknya Bu SMI sebagai nakhoda baru Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Kedua, intruksi Jokowi perihal sekuritisasi Jalan Tol. Terakhir perjumpaan saya di dumay oleh Mardigu WP.

Rangkai-Rangkaikan saja. Sebuah saran tanpa seribu satu teori. Insyallah kita dalam pembacaan yang sama, tinggal pemahaman.

Kebetulan SMI nahkoda baru pakar ekonomi islam seyoganya bisa mengimbangi aras kebijakan fiskal yang selama ini gersang mulai disirami mata air islamic finance.

Di negara maju dan modern wacana islamic finance dilihat bukan perdebatan ideologis. Tapi murni business. Jika ada konsep ekonomi dari agama lain silahkan adu konsep.

Kembali soal kebetulan ilmiah. Ideologi a la IMF seperti sekuritisasi pada jalan tol dialihkan pada sekuritisasi komoditas primer. Toh,teknik utak atik cashflownya sama saja.

Terkait konsep, keselurahan grand konsep Hudsonia dari Madiun, Mardigu WP idem ditto kok secara akuntansi hanya beda istilah dan seni penyajian.

Kepada Ibu SMI, jika sunguh sungguh menggali konsep islamic finance akan ketemu. Bahwa ini muaranya berdimensi project dan berjangka panjang. Bukan menguatkan permodalan bank. Tapi penguatan pasar modal.

Jika pasar modal kuat. Pasar sekunder tercipta. Banking proses meningkat. Karpetnya sudah ada, penerapan sistem resi gudang. Keberpihkan yang serius pemerintah. Ilmu utak atiknya sama. Jangan pelit dong.

Penulis, Soemantri Hassan merupakan Pemerhati Kebijakan Publik

- Advertisement -

Berita Terkini