Mudanews.com Aceh – Di tengah gelap malam dan akses yang porak-poranda akibat banjir besar, tim penyaluran bantuan DPD PDI Perjuangan Aceh bergerak tanpa henti. Rombongan yang dipimpin Ketua DPD PDI-P Aceh, Jamaluddin Idham, berangkat dari Lhokseumawe sejak pukul 20.00 WIB menuju Aceh Tamiang, menembus jalan rusak, kemacetan panjang, hingga deretan kendaraan yang hanyut terbawa arus di berbagai titik. Mereka tiba di Langsa sekitar pukul 01.30 WIB dan langsung menerima laporan mengkhawatirkan: ada kelompok pengungsi yang sudah tiga hari tidak tersentuh bantuan.
Tanpa menunggu istirahat sebagaimana rencana semula, tim kembali bergerak dan mencapai wilayah Tamiang sekitar pukul 04.30 WIB. Kondisi yang mereka temukan sangat memprihatinkan—lumpur menutup jalan, warga tidur bercampur tanah di tepi jalan tanpa tenda, sementara sebagian lainnya masih terjebak karena akses terputus. Bantuan akhirnya dibagikan hingga menjelang pukul 05.00 pagi secara door-to-door maupun ke titik-titik pengungsian yang masih terisolasi.
“Kami melihat sendiri warga tidak tidur berhari-hari. Listrik padam, sinyal hilang, dan akses lumpuh total. Ini situasi darurat kemanusiaan,” lapor tim dari lokasi, Kamis (4/12/2025). Setelah distribusi selesai, rombongan kembali ke Langsa sekitar pukul 07.00 WIB untuk melanjutkan persiapan pendistribusian berikutnya.
Di Bireuen, lima hari setelah banjir bandang menerjang, kondisi tak kalah mengkhawatirkan. Sejumlah desa masih terisolir total akibat jembatan runtuh dan akses jalan putus. Di tengah kelangkaan makanan serta air bersih, Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan yang dipimpin mantan Menteri Sosial, Tri Rismaharini (Bu Risma), berhasil menembus kawasan Jangka—wilayah paling terdampak.
Bu Risma yang datang langsung dari Jakarta meninjau rumah-rumah yang tenggelam lumpur, posko pengungsian, hingga titik kerusakan infrastruktur. Baguna bersama Banteng Muda Indonesia mendirikan dapur umum dan tiga posko di Kecamatan Jangka. Warga menyebut selama lima hari tidak ada satu pun bantuan yang masuk.
“Kami hanya bertahan dengan mi instan dan telur,” kata Dedi Adi, warga Desa Ulee Ceu. “Baru ini bantuan yang masuk.”
Di desa tersebut, Bu Risma menyerahkan bantuan pangan, pakaian, hingga mobil tangki air bersih—kebutuhan paling kritis bagi warga yang sudah berhari-hari tanpa suplai air. Risma menegaskan dirinya tidak bisa tinggal diam ketika mengetahui warga Aceh terisolir tanpa bantuan.
“Kita tidak boleh membiarkan warga menunggu. Kecepatan itu penting. Kami siap mengerahkan semua sumber daya,” tegasnya. Ia menuturkan kehadirannya di Aceh merupakan instruksi langsung Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Pantauan Baguna menunjukkan sejumlah wilayah di Aceh masih terputus menuju Sumut, Banda Aceh, dan Aceh Tengah, membuat suplai logistik, bahan bakar, dan gas LPG terganggu parah. Camat Jangka, Mulyadi, mengatakan warga masih berjuang bangkit tetapi membutuhkan dukungan lanjutan, terutama akses transportasi dan air bersih.
“Bantuan Baguna datang di saat paling kritis. Warga sudah menunggu terlalu lama,” ujarnya.
PDI Perjuangan Aceh memastikan mereka akan terus bergerak hingga semua titik terdampak tersentuh bantuan dan warga terbebas dari isolasi.**(Red)

