Ketika Tutup Kontainer Hilang, yang Tersisa Hanya Bau dari Rasa Abai

Breaking News
- Advertisement -

Mudanews-Aceh Tamiang | Memang yang hilang mungkin hanya tutup kontainer sampah di Pajak Bawah, Kuala Simpang. Tapi yang tersisa justru hal yang tak kalah menyengat: bau dari rasa abai kita sendiri terhadap fasilitas publik.

Peristiwa tersebut terjadi antara Selasa malam hingga Rabu dini hari, 28 Oktober 2025. Tutup kontainer berbahan stenlis milik Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang raib tanpa jejak. Nilai kontainer ini bukan kecil—sekitar Rp 100 juta per unit—dan fungsinya jelas: menampung sampah masyarakat agar kebersihan tetap terjaga, udara tidak tercemar, dan kota tetap harum.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Tamiang, Surya Luthfi, melalui Kabid Kebersihan DLHK, Muhammad Rusli, membenarkan laporan tersebut.

“Sekitar pukul 08.00 WIB tutup kontainer masih ada, tapi pukul 01.00 malam sudah tidak terlihat. Jadi diduga diambil pada malam hari,” ujar Rusli.

DLHK telah melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib, namun di balik laporan itu, ada hal yang lebih pantas direnungkan.

Kontainer itu bukan sekadar besi penampung sampah, tapi simbol tanggung jawab kolektif. Ia diletakkan di tengah kota agar masyarakat tak lagi membuang sampah sembarangan. Tapi ironisnya, justru fasilitas yang menjaga kebersihan itu yang kini “kotor” oleh tangan tak bertanggung jawab.

Pertanyaannya: apakah ini soal hilangnya barang, atau hilangnya rasa memiliki?
Karena sering kali, aset publik dirawat bukan dengan tenaga, tapi dengan rasa peduli. Dan ketika kepedulian itu pudar, tak butuh waktu lama sebelum fasilitas rusak, hilang, atau dibiarkan begitu saja.

DLHK mungkin bisa mengganti tutup kontainer itu dengan anggaran baru, tapi apakah kesadaran masyarakat juga bisa dibeli dengan APBK?
Itulah yang lebih mahal dari sekadar angka seratus juta rupiah.

Kadis Surya Luthfi mengimbau agar masyarakat menjaga fasilitas kebersihan yang telah disediakan pemerintah. Ajakan yang sederhana, tapi justru berat dilakukan. Sebab menjaga kebersihan bukan hanya urusan petugas, melainkan urusan moral bersama.

Hilangnya tutup kontainer ini mungkin dianggap sepele, tapi dari hal kecil seperti inilah kita belajar : Bahwa yang kotor bukan selalu sampahnya—kadang yang kotor adalah cara kita memandang tanggung jawab publik.

Dan ketika tutup kontainer itu belum juga kembali, semoga yang kembali justru rasa malu kita sendiri.

[tz]

Berita Terkini